Sabtu, Januari 29, 2011

Prasarana Transportasi dan Telekomunikasi di Wilayah Tapanuli Bagian Selatan Masih Jauh Dari Yang Diharapkan

Oleh Akhir Matua Harahap

Infrastruktur transportasi dan telekomunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang percepatan pembangunan di wilayah Tapanuli Selatan. Dibanding wilayah pembangunan lain yang setara, pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi di wilayah Tapanuli Selatan sungguh sangat memprihatinkan. Pembangunan yang ada selama ini, terkesan belum memenuhi harapan seluruh masyarakat, khususnya penduduk pedesaan. Di daerah-daerah pedesaan masalah akses ini tidak hanya dibutuhkan untuk pergerakan orang tetapi juga aliran keluar komoditi pertanian dan aliran masuk barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Akses yang sangat minim menuju desa-desa di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan tidak saja menghambat perkembangan masyarakat tetapi juga memberi pengaruh pada penurunan kesejahteraan penduduk.


Infrastruktur Transportasi

Pada masa ini, tidak semua desa di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilalui melalui darat. Beberapa desa hanya dan harus dijangkau melalui jalur sungai/laut: 8 desa di Kabupaten Mandailing Natal, 13 desa di Kabupaten Padang Lawas Utara, 6 di Kabupaten Padang Lawas dan 1 desa di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kecuali menuju desa-desa di Pulau Tamang, sudah sepantasnya desa-desa yang selama ini melalui jalur sungai/laut dialihkan melalui jalur darat. Keutamaan jalur darat tidak saja untuk meminimalkan risiko perjalanan, juga memungkinkan kawasan sekitar jalan dapat lebih dikembangkan untuk pemanfaatan lahan secara produktif.

Sudah seharusnya setiap desa terhubung satu sama lain, lebih-lebih antar desa yang bertetangga. Dengan mendekatkan desa satu sama lain melalui peningkatan kualitas jalur transportasi dimungkinkan antar masyarakat bersinergi dan memudahkan penataan infrastruktur lain khususnya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan pusat pertukaran pedesaan (pasar) menjadi lebih efektif. Namun dalam kenyataan yang bisa kita amati pada saat ini, harapan ke arah itu masih jauh dan tidak tahu kapan bisa terealisasikan.

Dari 385 desa di Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat sebanyak 41,7% desa akses dari dan ke desa hanya dapat dilalui dengan jalan tanah. Selebihnya, 28 persen desa dengan jalan yang diperkeras (batu, kerikil) dan hanya sebanyak 30,1 persen desa yang dapat diakses dengan baik melalui jalan yang telah diaspal. Di kabupaten-kabupaten lain di wilayah Tapanuli Selatan ’setali tiga uang’ (Tabel-1). Di Kabupaten Tapanuli Selatan, yang sejak dari dulu dekat dengan pusat pertumbuhan, juga masih ditemukan sebanyak 13,3 persen desa jalan tanah plus 36,4 persen desa dengan jalan diperkeras. Bahkan di Kota Padang Sidempuan belum semua desa dapat akses dengan jalan aspal. Dengan kondisi yang dihadapi tersebut, diperburuk lagi dengan kenyataaan bahwa belum semua desa dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih sepanjang tahun.

Tabel-1. Persentase  kondisi jalan dari dan ke desa menurut 
kabupaten/kota di wilayah Tapnuli Selatan
Kabupaten/kota
Permukaan jalan
Jumlah 
desa
Aspal
Diperkeras
Tanah
Kabupaten Mandailing Natal
54.9
23.5
21.6
395
Kabupaten Tapanuli Selatan
50.3
36.4
13.3
497
Kabupaten Padang Lawas Utara
30.1
28.0
41.7
385
Kabupaten Padang Lawas
49.7
37.8
12.5
304
Kota Padang Sidempuan
91.1
8.9
-
79

Sumber: Diolah dari BPS (PODES) 2008

Dengan kondisi jalan yang masih memprihatinkan tersebut, penduduk desa juga harus menempuh perjalanan yang jauh dan lama untuk sampai ke ibukota kecamatan. Bahkan ada desa yang jaraknya ke ibukota kecamatan sejauh 111 km dan ada juga desa yang waktu tempuhnya dengan kendaraan yang paling cepat baru bisa ditempuh selama 960 menit. Ini sungguh melelahkan bagi penduduk desa yang punya keperluan di ibukota kecamatannya. Situasi ekstrim di atas juga tampak pada rata-rata jarak dan waktu tempuh menurut kabupaten. Rata-rata jarak terjauh (diatas 10 km) dan rata-rata waktu tempuh  terlama (di atas satu jam) masing-masing ditemukan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabuypaten Padang Lawas Utara. Sedangkan di Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Padang Lawas masing-masing dengan rata-rata jarak sekitar 8-10 km dan waktu tempuh kurang dari 30 menit,

Tabel-2. Jarak dan waktu tempuh dari desa ke ibukota kecamatan menurut 
kabupaten/kota di wilayah Tapanuli Selatan
Kabupaten/kota
Jarak (km)
Waktu tempuh (menit)*
Rata-rata
Terjauh
Stdev
Rata-rata
Terjauh
Stdev
Kabupaten Mandailing Natal
8.2
111
12.6
28
720
47
Kabupaten Tapanuli Selatan
11.3
64
11.2
67
960
142
Kabupaten Padang Lawas Utara
13.7
98
11.9
64
480
74
Kabupaten Padang Lawas
9.5
35.5
8.4
25
180
27
Kota Padang Sidempuan
2.3
7.2
1.7
11
30
7
Sumber: Diolah dari BPS (PODES) 2008
* Waktu tempuh dengan kendaraan paling cepat


Infrastruktur Telekomunikasi

Situasi perjalanan dengan jarak yang jauh dan waktu tempuh yang lama bagi penduduk pedesaaan sesungguhnya dapat terbantu dengan penggunaan teknologi telekomunikasi modern. Namun dalam kenyataannya infrastruktur telekomunikasi di pedesaaan di wilayah Tapanuli Selatan masih sangat terbatas. Bahkan untuk Kota Padang Sidempuan sendiri, jumlah keluarga yang berlangganan telepon kabel (telkom) belum sampai angka 20 persen (6.983 keluarga dari 39.074 keluarga). Di Kabupaten Mandailing Natal, jumlah keluarga yang sudah berlangganan telepon kabel sekalipun jumlahnya hampir mencapai 2000 keluarga tetapi dengan jumlah keseluruhan keluarga sebanyak 97.330 keluarga maka persentase yang ada masih terbilang sangat kecil (1.95%). Cakupan sambungan telepon ini lebih buruk lagi di daerah lainnya: Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 1.24 persen (dari jumlah 59.825 keluarga), Kabupaten Padang Lawas Utara 0.86 (dari 50.184 keluarga), Kabupaten Padang Lawas 1.54 persen (dari 50.458 keluarga).

Keterbatasan jaringan telepon pribadi pada tingkat rumahtangga ternyata tidak diimbangi pada jaringan telepon umum. Sarana telepon umum aktif  hanya terdapat di tiga kabupaten: Kabupaten Tapanuli Selatan 14 buah, Kabupaten Padang Lawas Utara dua buah dan Kabupaten Mandailing Natal hanya satu buah yang aktif. Sementara itu, wartel terbanyak ditemukan di Kabupaten Mandailing sebanyak 35 buah.  sementara di Kota Padang Sidempuan sendiri hanya terdapat 31 buah. Untuk kabupaten lainnya masing-masing sekitar 10 buah. Warnet hanya ditemukan di Kota Padang Sidempuan (enam buah), Kabupaten Mandailing Natal (tiga buah) dan Kabupaten Padang Lawas Utara (satu buah).

Bagaimanapun ketersediaan telepon kabel hingga kini masih diharapkan. Fungsi telepon seluler dalam banyak segi belum sepenuhnya mampu menggantikan fungsi telepon kabel. Keutamaan telepon kabel selain menjadi perangkat yang umum (tipikal) untuk binis dan organisasi, penggunaan jaringan kabel masih dianggap lebih efisien untuk penggunaan internet. Okelah fungsi telepon kabel dapat digantikan fungsi telepon seluler, namun masyarakat di wilayah Tapanuli Selatan dalam kenyataannya belum semua desa menerima sinyal yang kuat bahkan di semua kabupaten terdapat cukup banyak desa-desa yang sama sekali tidak ada sinyal telepon seluler. Di Kabupaten Mandailing Natal terdapat sebanyak 87 desa yang tidak ada sama sekali sinyal. Di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 136 desa, di Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 121 desa. Di Kabupaten Padang Lawas hanya tersisa 13 desa lagi yang belum ada sinyal.

Hanya sebagian saja desa-desa yang praktis mampu menerima sinyal kuat di wilayah Tapanul;i Selatan. Di Kabupaten Mandailing Natal terdapat di 184 desa, di Kabupaten Tapanuli Selatan 277 desa, Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 90 desa, Kabupaten Padang Lawas sebanyak 154 desa dan Kota Padang Sidempuan sebanyak 76 desa.  Sedangkan sisanya adalah desa-desa yang ada sinyal tetapi sangat lemah yang meliputi sebanyak 124 desa di Kabupaten Mandailing Natal, 84 desa di Kabupaten Tapanuli Selatan, 175 desa di Kabupaten Padang Lawas Utara, dan 137 desa di Kabupaten Padang Lawas. Di Kota Padang Sidempuan terdapat tiga desa yang masih tergolong sinyal lemah.

Penutup

Permasalahan infrastruktur jalan dan telekomunikasi di wilayah Tapanuli Selatan saat ini adalah suatu ’pekerjaan rumah’ yang membutuhkan dana dan daya yang sangat besar. Seberapapun rintangannya, memenuhi kebutuhan untuk transportasi dan telekomunikasi bagi penduduk haruslah tetap jadi prioritas dan fokus. Upaya percepatan sulit rasanya hanya mengandalkan dana dari APBD dari masing-masing kabupaten, tetapi menggagas daya masyarakat dengan bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan perlu digalang dan diwujudkan secara berkelanjutan. Bagaimana kita bisa berhubungan dengan  masyarakat di wilayah Tapanuli Selatan dan berkomunikasi dengan mereka sangat tergantung pada ketersediaan dan pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi ini. Akhir Matua Harahap.


Foto: http://apakabarsidimpuan.com

Tidak ada komentar: