Senin, Februari 21, 2011

Desa Paramai: Desa Tertinggi di Tapanuli Bagian Selatan dan Desa dengan Penduduk Paling Sedikit di Indonesia

Desa Paramai atau disebut juga Pamarai, sebuah desa terpencil di Gunung Sogompulon di Kecamatan Dolok Sigompulon, Kabupaten Padang Lawas Utara. Secara geografis desa ini berada di dalam kawasan hutan dan berada pada ketiggian  2.000 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya desa tertinggi di wilayah Tapanuli Bagian Selatan. Lalu lintas dari dan ke desa ini hanya dapat dilalui melalui jalan setapak/permukaan tanah yang jaraknya sejauh 20 km dengan waktu tempuh 100 menit. Jenis kendaraan satu-satunya hanya bisa dilakukan dengan sepeda motor.

Desa ini sangat minim fasilitas dan sulit dijangkau. Fasilitas pendidikan SD paling dekat 6 km, SMP 22,5 km. Fasilitas kesehatan terdekat adalah puskesmas namun sulit dijangkau yang jaraknya sekitar 20 km. Sekalipun desa ini terpencil (remote area) di tengah-tengah hutan, tetapi desa ini sudah memiliki listrik (Non PLN). Tidak ada sinyal untuk telepon seluler. 

Luas desa ini 820 hektar. Terdiri dari sawah satu hektar (non teknis), satu hektar perkampungan atau perumahan, dan sisanya 818 lahan bukan sawah yang digunakan untuk ladang dan kebun. Mata pencaharian penduduk desa ini adalah 100 persen dari pertanian dengan komoditi/subsektor karet. 

Jumlah penduduk pada tahun 2008 hanya sebanyak sembilan keluarga (enam diantaranya PUS) yang terdiri dari 11 penduduk laki-laki dan 14 penduduk perempuan. Selain desa Paramai, penduduk dengan jumlah keluarga kurang dari 10 keluarga juga terdapat di beberapa desa di wilayah Tapanuli Bagian Selatan, Bahkan ada desa yang penghuninya hanya terdiri dari lima keluarga saja. Ini berarti, dengan jumlah penduduk yang hanya beberapa keluarga maka desa-desa yang terdapat di Tapanuli Bagian Selatan bisa jadi menjadi (mungkin) desa dengan penduduk paling sedikit di Indonesia.

Desa Paramai dan desa-desa dengan penduduk sedikit (small population) dan lokasi perkampungan mereka yang cenderung terpisah dari desa-desa lain (remote area) mengakibatkan masyarakatnya sulit mengembangkan diri sendiri. Model pembangunan untuk desa-desa small population ini sudah seharusnya dibedakan dengan model pembangunan desa umumnya di Indonesia. Bagaimanapun desa mereka adalah desa yang 'berdaulat' penuh sebagai sebuah desa. Karena itu, mereka juga berhak untuk diperhatikan dalam proses pembangunan daerah. Desa-desa small population jangan lagi terabaikan.  


 

Tidak ada komentar: