Selasa, Maret 29, 2011

Pahlawan Nasional ADAM MALIK

*Untuk melihat semua artikel Sejarah TOKOH Tabagsel dalam blog ini Klik Disini


Fabel Sang Pelanduk atau Si Kancil dalam khasanah sastra lama, memperlihatkan kecerdikan Si Kancil dalam berhadapan dengan makhluk besar seperti gajah, buaya dan harimau. Tak pernah Si Kancil dibina atau direkrut oleh binatang buas seperti buaya, gajah, harimau dan lain-lain. Justru sebaliknya, Si Kancil yang cerdik itu menjinakkan dan memanfaatkan hewan-hewan besar dan buas itu untuk meraih cita-citanya.

Si Kancil adalah julukan Si Bung, panggilan akrab Adam Malik (Pematang Siantar, 22 Juli 1917 - Bandung, 5 September 1984), karena ia seringkali mengamalkan gaya Si Kancil dalam mengatasi berbagai masalah bangsa yang pelik. Itulah sosok seorang nasionalis sejati yang lahir dan dibesarkan dalam kultur orang Mandailing yang kuat mengajarkan bahwa harta paling mahal setelah keimanan adalah pendirian. Kedua harta termahal itu tak pernah digadaikan apa pun tantangannya.

Kata kunci ilmu Sang Kancil yang diamalkan oleh Adam Malik adalah “Semua Bisa Diatur”. Adam Malik sangat mudah bergaul dengan siapa pun, ini adalah cirinya sebagai wartawan sejati. Siapa pun yang pernah berkenalan dengan pendiri Kantor Berita Antara, 13 Desember 1937 ini, pasti merasa seolah sudah berkenalan puluhan tahun, bahkan merasa seolah bersahabat sejak kecil.

Sejarah mencatat sejumlah reputasinya bagi menegakkan dan membela martabat bangsa, antara lain:

1.Dalam keadaan kritis berhasil menghadirkan Bung Karno dan Bung Hatta dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945, di bawah pengawalan ketat tentara pendudukan Jepang.

2.Pada usia 22 tahun menjadi Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

3.Melakukan serangkaian pertemuan rahasia untuk membebebaskan Irian Barat dengan memberitahukan kepada pihak Amerika bahwa senjata canggih Rusia siap siaga membebaskan Irian Barat. Kemudian Amerika menekan Belanda untuk menarik armadanya dari peraran Irian Barat (baca buku Adam Malik Mengabdi Republik, jilid 2).

4.Presiden Sukarno memutuskan Indonesia keluar dari PBB. Adam Malik berpendapat, PBB sangat penting bagi bangsa Indonesia, maka atas inisiatif Adam Malik sendiri meminta kepada PBB untuk tidak mencoret keanggotaan Indonesia di PBB. Adam Malik pun menghadiri Sidang-sidang Umum PBB tanpa minta izin kepada Presiden Sukarno. Itu terjadi ketika Adam Malik menjabat Duta Besar Indonesia dan Berkuasa Penuh untuk Uni Soviet dan Polandia.

5.Dengan melakukan pendekatan kekeluargaan Adam Malik berperan besar mengakhiri Konfrontasi Indonesia-Malaysia, 1966.

6.Menggagas pembentukan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

7.Ketua Sidang Umum PBB 1971.

8.Ketua DPR-MPR.

9.Wakil Presiden Republik Indonesia.

10.Anggota Komisi Willy Brandt yang bertujuan menggalakkan Dialog Utara-Selatan.

Inilah sebagian dari reputasi Adam Malik, yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 9 November 1998, sebagai salah seorang pendiri Republik Indonesia.

Maka menjadi aneh pernyataan Perwira CIA Clyde McAvoy yang menyebutkan bahwa dirinya telah merekrut dan mengendalikan Adam Malik. Hal itu ditulis oleh wartawan The New York Times, Tim Weiner, dalam bukunya Legacy of Ashes: The History of CIA yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, dibawah judul Membongkar Kegagalan CIA.

Penulis kata pengantar terbitan Gramedia itu, Budiarto Shambazy, mengungkapkan kepada detik.com bahwa pernyataan McAvoy itu ngawur.

Bahwa bualan agen CIA itu menyebutkan dirinya melakukan pertemuan-pertemuan rahasia dengan Adam Malik, boleh-boleh saja. Ini adalah bagian dari “Semua Bisa Diatur”. Darah wartawan Adam Malik mengalir deras dalam saat-saat seperti itu. Jangankan diajak orang lain, ia sendiri pun biasa merekayasa pertemuan seperti itu dengan siapa pun juga. Inilah salah satu ciri sosok Adam Malik yang mengasyikkan.

Tak pelak, bisa saja, sang agen CIA yang mendapat tugas merekrut Adam Malik itu, terbuai dengan kata-kata “Semua Bisa Diatur” karena bisa melakukan pertemuan-pertemuan khusus dengan Adam Malik. Ia merasa dirinya telah merekrut dan mengendalikan Adam Malik.

Inilah pernyataan yang naïf dari seorang yang tidak mengenal Adam Malik, yang tidak paham pada bahasa tubuh Adam Malik yang tak jarang lebih kuat daripada kalimat-kalimat yang diucapkannya. Inilah salah satu warisan nilai luhur budaya Mandailing, bahwa tidak semua hal harus diucapkan, inti pembicaraan justru diisyaratkan dengan bahasa tubuh. Lihatlah tokoh-tokoh nasional berdarah Mandailing yang tetap fasih berbahasa Mandailing seperti DR. Abdul Harris Nasution yang sekampung dengan Adam Malik di Hutapungkut, dan Mochtar Lubis yang terkenal kuat pendiriannya. Ini tak dipahami oleh si Perwira CIA itu. Kemudian dengan gegabah menyebutkan bahwa dirinya telah merekrut dan mengendalikan Adam Malik.

Tepatlah judul buku ini Membongkar Kegagalan CIA karena para anggota CIA itu tak jarang gagal karena tak memahami nilai-nilai luhur bangsa-bangsa yang digarapnya.

Kepada Penerbit Gramedia Pustaka Utama kita menganjurkan agar menggelar bedah buku Membongkar Kegagalan CIA dengan menghadirkan Tim Weiner agar ia dapat ditanya langsung, tentang apa saja sumbernya. Selayaknya pula, Tim Weiner membuka semua sumber yang digunakannya, agar dapat dibaca orang lain. Adalah lazim, bahwa satu dokumen dapat diinterpretasikan dari sudut pandang yang berbeda.

Jika ini dilakukan, masalah ini menjadi selesai secara elegan.

(*** Basyral Hamidy Harahap, Anggota Pendiri Yayasan Adam Malik, penulis buku Kejuangan Adam Malik, 1998).

Tidak ada komentar: