Selasa, Mei 26, 2015

Sejarah Marah Halim Cup (13): Kajamoedin gelar Radja Goenoeng, Pribumi Pertama Anggota Gementeeraad Medan; Sepakbola Tumbuh, Pendidikan Berkembang

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Marah Halim Cup dalam blog ini Klik Disini


Kweekschool Padang Sidempoean dibuka tahun 1879 dengan gurunya yang terkenal Charles Adrian van Ophuijsen (berdinas di Padang Sidempoean selama delapan tahun, lima tahun terakhir sebagai direktur). Sekolah guru Akreditasi-A di Nederlansche Indie ini lalu ditutup tahun 1893. Sekolah ini telah melahirkan ratusan guru-guru yang tersebar di seluruh Sumatra.

Raadhuis, Medan 1918
Salah satu alumni terakhir (lulus) adalah Soetan Martoewa Radja. Setelah berpindah-pindah tempat menjadi guru, mulai dari Pargaroetan, Sipirok, Taroetoeng hingga menjadi Direktur Normaal School Pematang Siantar. Setelah pension Soetan Martoewa Radja diangkat menjadi anggota Gemeteeraads Pematang Siantar (1934). Sejumlah siswa yang tidak sempat lulus direkomendasikan untuk melanjutkan ke Kweekschool di Fort de Kock. Salah satu diantara mereka adalah Mangaradja Salamboewe. Anak mantan Docter Djawa School pertama dari luar Jawa ini, tidak berkeinginan melanjutkan sekolah ke Fort de Kock tetapi mengambil magang sebagai penulis di Kantor Residen Tapanoeli di Sibolga. Dalam perjalanannya, Mangaradja Salamboewe yang terbilang cerdas, lalu diangkat menjadi adjunct djaksa di Natal. Selama bertugas menjadi jaksa, Mangaradja Salamboewe tidak tahan melihat ketidakadilan di dalam masyarakat oleh pemerintah colonial Belanda. Lalu, Mangaradja Salamboewe desersi dan dipecat sebagai pegawai pemerintah. Mangaradja Salamboewe tidak ambil pusing, malah merantau ke Deli. Di Medan Mangaradja Salamboewe direkrut oleh koran berbahasa Melayu, Pertja Timoer untuk menjadi editor. Mangaradja Salamboewe adalah pribumi kedua yang menjadi editor surat kabar investasi Belanda (diangkat 1903). Editor pertama pribumi adalah (Mangara)Dja Endar Moeda di Pertja Barat di Padang (diangkat 1897). Setelah dua tahun, Dja Endar Moeda mengakuisisi koran Pertja Barat dan percetakan yang menerbitkan koran tersebut serta menerbitkan Insulinde. Kemudian bisnis Dja Endar Moeda merambah ke Padang Sidempoean (Tapian Naoeli), Sibolga, Kotaradja (Pemberita Atjeh) dan Medan (Pewarta Deli). Dja Endar Moeda adalah alumni Kweekschool Padang Sidempoean (1884). Klub Tapanoeli Voetbal Club di Medan (didirikan 1907) adalah milik Pewarta Deli.

Setelah Kweekschool Padang Sidempoean ditutup (karena anggaran pemerintah colonial krisis), anak-anak Tapanoeli (khususnya afdeeling Mandheling en Ankola) memang tidak kehabisan tempat bersekolah. Sebab tidak lama setelah sekolah guru ini ditutup, Sekolah Eropa di Padang Sidempoean bersedia menerima anak-anak pribumi. Lulusan sekolah Eropa ini umumnya melanjutkan sekolah yang lebih tinggi ke Docter Djawa School di Batavia. Namun anak-anak Padang Sidempoean yang berkekuatan hati menjadi guru mau tak mau harus bersekolah ke kweekschool di Fort de Kock. Salah satu diantaranya yang terkenal adalah Kajamoedin gelar Radja Goenoeng.

Kajamoedin van Padang Sidempoean
Kajamoedin lahir di Hoetarimbaroe, Padang Sidempoean tahun 1883. Setelah menyelesaikan sekolah rakyat di sekolah dasar negeri Hoetarimbaroe, Kajamoedin melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru, kweekschool di Fort de Kock (1895). Pada akhir tahun 1898 Kajamoedin dinyatakan lulus dan berhak mendapat akte guru (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-01-1899). Dari 10 kandidat ujian akhir (eindexamen der kweekschool voor Inlandsche onderwijzers) sembilan dinyatakan lulus. Hanya Kajamoedin sendiri yang berasal dari Tapanoeli.

Sumatra courant: nieuws en advertentieblad, 09-02-1899 memberitakan bahwa Kajamoedin diangkat sebagai asisten guru dengan gaji per bulan f20 (dua puluh gulden). Koran ini juga menyebutkan bahwa Si Hoemala gelar Raja Taromar Moeda dipindahkan dari Kota Radja (Banda Aceh) ke Sipirok. Guru di Sipirok, Si Pijor gelar Raja Soelangon dipindahkan ke Baros. Untuk sekolah di Sibolga akan ditempatkan Kajamoedin.
Kweekschool Padang Sidempoean (dibuka 1879)
Kweekschool Padang Sidempoean yang didirikan tahun 1875 dan kelas pertama dibuka tahun 1879 telah meluluskan ratusan siswa menjadi guru. Lulusan sekolah guru Akreditasi-A ini tidak hanya memenuhi guru-guru di Tapanoeli tetapi juga disebar ke seluruh Sumatra khususnya Riouw, Atjeh dan Oost Sumatra. Guru-guru ini umumnya ditempatkan di sekolah-sekolah negeri yang didirikan oleh pemerintah. Untuk Residentie Tapanoeli sendiri pada tahun 1892, sebagaimana diberitakan koran Algemeen Handelsblad, 23-11-1892 terdapat sebanyak 18 sekolah negeri yang mana 15 buah berada di Afdeeling Mandheling en Ankola. Jumlah ini tidak banyak berubah. Pada tahun 1908 sekolah negeri di Residentie Tapanoeli hanya ada sebanyak 19 buah yang mana 15 buah diantaranya berada di Afdeeling Mandheling en Ankola, yakni: di Padang Sidempuan, Simapilapil, Batu Nadua, Pargarutan, Sipirok, Bungabondar, Panyabungan, Tanobato, Muarasoma, Gunung Baringin, Kotanopan, Huta Godang, Manambin, Batang Toru dan Sibuhuan. Sedangkan empat yang lainnya satu sekolah berada di Sibolga dan tiga buah di Nias Eiland. Jumlah keseluruhan murid di 19 sekolah tersebut berjumlah sebanyak 2.400 siswa. Situs Kweekschool Padang Sidempoean hingga ini hari bisa dilihat sebagai bagian depan SMA Negeri 1 Padang Sidempoean).
***
Kajamoedin, Pribumi pertama anggota Dewan Kota (1918)
Setelah sekian tahun, berita Kajamoedin muncul di Medan. De Sumatra post, 16-07-1918, Kajamoedin menjadi salah satu kandidat untuk Gementeeraad Medan. Inilah tahun pertama di Medan, pribumi diberi kesempatan untuk menjadi anggota dewan yang telah dibentuk sejak tahun 1912. Nama-nama yang terpilih (non Eropa) adalah tiga orang yakni Kajamoedin gelar Radja Goenoeng, Mohained Sjaaf dan Tan Boen An. Jumlah pribumi kemudian bertambah menjadi lima orang. Salah satu anggota dewan yang menggantikan pada pertengahan 1919 adalah Mr. Alinoedin, hakim di pengadilan Medan. 
Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi adalah anak Padang Sidempoean lulusan Sekolah Hukum (Rechts School) di Batavia. Alinoedin, orang Batak pertama yang menjadi ahli hukum, satu dari dua orang Sumatra dan satu dari delapan orang di Nederlandsch Indie. Pada awal tahun 1920an Alinoedin melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda untuk mengambil PhD dan lulus tahun 1925 dari Universiteit Leiden dengan desertasi berjudul: ‘Het grondenrecht in de Bataklanden: Tapanoeli, Simeloengoen en het Karoland’. Mr. Alinoedin adalah pribumi pertama yang bergelar doktor. [Pribumi pertama anggota dewan kota di Pematang Siantar 1922 adalah Dr. Alimoesa, pribumi pertama anggota dewan Kota Tandjoengbalai adalah Mangaradja Soangkoepon, pribumi pertama anggota dewan Kota Tebingtinggi adalah Soetan Batang Taris. Ketiga orang yang disebut ini adalah anak-anak Padang Sidempoean].

***
Sekolah di lingkungan perkebunan di Deli  (1900)
Kajamoedin Harahap gelar (Manga)radja Goenoeng, mantan guru, tidak hanya bertindak sebagai anggota dewan kota, tetapi juga diangkat pemerintah sebagai pengawas sekolah pribumi di Medan. De Sumatra post, 26-07-1919 menyebut tugas Kajameodin ini secara khusus untuk mengawasi sekolah-sekolah yang berada di lingkungan perkebunan yang merupakan anak-anak para kuli perkebunan (voiksscholen ten bate der kinderen van koelies). De Sumatra post, 30-01-1922 memberitakan bahwa Kajamoedin gelar Radja Goenoeng diangkat (kembali) sebagai pengawas sekolah pribumi (opziener der Inlandsche Volksscbolen) di Medan, tugas yang mana yang bersangkutan selama ini.

Anak-anak sekolah di perkebunan di Deli, 1911
Dalam berita De Sumatra post, 30-01-1922 ini juga disebutkan bahwa Radjamin dipindahkan sebagai pengawas bea dan cukai ekspor-impor di Belawan ke Moeara Sabak (Djambi). Radjamin Nasoetion adalah alumni STOVIA (lulus 1912) yang beralih profesi dari dokter menjadi pegawai bea dan cukai yang pertamakali ditempatkan di Batavia, lalu ditempatkan di Pangkalan Boen dan selanjutnya dipindahkan ke Medan. Dr. Radjamin Nasoetion adalah alumni sekolah Eropa di Padang Sidempoean (kelak kembali ke Medan lagi dan menjadi pendiri perserikatan sepakbola pribumi, Deli Voetbal Bond; dan pada akhir masa tugasnya menjadi anggota dewan kota Soerabaija dan lalu diangkat menjadi Walikota Soerabaija—walikota pribumi pertama kota Soerabaija).

Kajamoedian akan pension menjadi anggota dewan pada tahun 1924 (lihat De Sumatra post, 02-11-1923). Bataviaasch nieuwsblad, 21-11-1923 melaporkan nama-nama kandidat untuk Volksraads di Batavia. Dalam daftar itu terdapat tiga anak Padang Sidempoean: Kajamoedin gelar Radja Goenoeng, pengawas sekolah pribumi di Medan dan Dr. Abdul Rasjid, dokter yang berdinas di Panjaboengan, Mandheling en Ankola. Daftar calon semakin bertambah sebagaimana dilaporkan oleh De Indische courant, 14-01-1924. Anak Padang Sidempoean lainnya adalah Abdul Hakim (kelak menjadi Gubernur Sumatra Utara yang ketiga) dan Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia (kandidat PhD di Belanda, meraih gelar Doktor 1930); dan  Mangaradja Soangkoepon, pejabat di kantor Residen Tapanoeli di Sibolga. Sayang sekali dari lima orang anak-anak Padang Sidempoean sebagai bagian dari kandidat Sumatra tidak satupun yang menang. Wakil Sumatra adalah Abdoel Moeis (sastrawan) dari Sumatra’s Westkust.

Pada periode pemilihan berikutnya kandidat anak Padang Sidempoean baru bisa melenggang ke Pejambon (kini Senayan). Ada tiga orang dari mereka yang berhasil menjadi anggota Volksraads, yakni: Dr. Alimoesa (Harahap), anggota dewan kota Pematang Siantar mewakili Noord Sumatra (Tapanoeli en Atjeh); Mangaradja Soeangkoepon (Siregar) anggota dewan kota Tandjoeng Balai mewakili Oost Sumatra; dan Dr. Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (mewakili Batavia).

***
Kajamoedin masih tetap bekerja di bidang pendidikan. Selain tetap sebagai pengawas sekolah di Medan, Kajamoedin juga menjadi anggota komisi pembentukan sekolah kejuruan (De Ambachtsschool). De Sumatra post, 15-07-1926 menyebutkan yang bertindak sebagai ketua komisi adalah D. Baron Mackay, burgemeester van Medan (Walikota Medan). De Sumatra post, 12-08-1927 memberitakan bahwa Kajamoedin dipindahkan ke Jogjakarta dalam rangka tugas yang sama, sebagai pengawas sekolah.
Sekolah-sekolah yang berada di Oost Sumatra kala itu umumnya dikelola secara partnership antara pemerintah dengan perusahaan-perusahaan. Sekolah-sekolah yang didirikan di lingkungan perkebunan ditujukan untuk anak-anak dari tenaga kerja (koeli) di area perkebunan masing-masing. Sedangkan di Medan juga didirikan sekolah yang sama untuk anak-anak Tionghoa (kerjasama pemerintah dengan Deli Spoor Maschapij). Satu jenis sekolah yang ada di Medan sejak lama adalah sekolah Eropa (ELS) yang dalam perkembangannya (setelah 1900an) juga menerima anak-anak pribumi dari kalangan atas (kerabat kesultanan dan pegawai-pegawai pemerintah yang ditempatkan di Medan). Sekolah Eropa (ELS) Padang Sidempoean sudah lebih awal menerima anak-anak pribumi (kerabat para koeria) yang dimulai tahun 1893.  .
***
Medan (lapangan Esplanade) 1930
Kajamoedin adalah pendidik tulen, seorang guru yang mengabdi untuk rakyat dan memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pendidikan di Medan. Atas prestasi dan pengabdiannya lebih dari 30 tahun, Residen Bouman atas nama Gubernur dan atas nama Gubernur Jenderal diberikan bintang de Groote Zilveren Ster van Trouw en Verdienste. Pemberian bintang jasa ini, karena Kajamoedin telah memberikan konstruksi dan reorganisasi pendidikan di Noord Sumatra termasuk di Karoland dan Zuid Tapanoeli (lihat De Sumatra post, 10-01-1928).


Buku-buku yang diterbitkan oleh Kajamoedin gelar Radja Goenoeng (antara lain):

Radja Goenoeng. 1915. Abar pes di tano Djaoa sabisoek pangilakkonna
Radja Goenoeng. 1916. On ma sipaingot sanga bia bisoeknaan sooelangho nanjae mantjit mata : Na nihata-Batakkan ni Radja Goenoeng (Bakker). Penerbit Batawi.
Radja Goenoeng. 1923. Poda na pendek taringot  toe parsipodaan mamasa.
Radja Goenoeng dan W. Meijer. 1925. Kawan "Madjoelah!" I. Blankwaardt & Schoonhoven.
Radja Goenoeng dan W. Meijer. 1925. Kawan "Madjoelah!" II. Blankwaardt & Schoonhoven.
Radja Goenoeng dan W. Meijer. 1926. Kawan "Madjoelah!" III. Blankwaardt & Schoonhoven.
Radja Goenoeng dan W. Meijer. 1926. Kawan "Madjoelah!" IV-VI. Blankwaardt & Schoonhoven.
Radja Goenoeng. 1939. Moetik: Soerat basaon ni daganak naimbaroe manandai mata ni soerat na nibaen ni Radja Goenoeng. Balai Pustaka.

***
Sekolah anak-anak Tionghoa di Medan, 1931 (DSM)
Kajamoedin ditunjuk sebagai pengawas ujian akhir di wilayah Medan (tempat ujian lainnya di Tebing Tinggi) dari siswa-siswa Normaal School Pematang Siantar (lihat De Sumatra post, 09-04-1932). Sekolah Normaal School Pematang Siantar adalah sekolah guru (kini SPG) yang menghasilkan guru-guru untuk Oost Sumatra. Direktur Normaal School Pematang Siantar kala itu adalah Soetan Martoewa Radja, seorang guru alumni terakhir Kweekschool Padang Sidempoean.

***
Kajamoedin terhitung 27 November 1933 ditunjuk sebagai anggota Komisi Administrasi (Tatakelola) Kota Medan untuk masa tugas selama dua tahun. Anggota lainnya adalah Mr. JM. Wesselink, Mr. JF. Kayser, APM. Audretsch,  Ds. TJ. Wielinga. Kajamoedin bertindak sebagai Presiden (lihat De Sumatra post, 21-11-1933).

***
Konstituen Gementeeraad Medan, 1912-1928
Anggota Gementeeraad periode 1927-1930 yang berasal dari Padang Sidempoean diantaranya adalah Kajamoedin gelar Radja Goenoeng (Sciopticon Commissie). Anggota lainnya  adalah Abdullah Loebis, komisi pembuat undang-undang (Commissie voor de Verordeningen). Satu lagi anggota dewan adalah Soetan Parlindoengan, mantan editor Pertja Timoer, penerus Mangaradja Salamboewe (lihat VERSLAG BETREFFENDE DE GEMEENTE MEDAN OVER HET JAAR 1927).

(Bersambung)


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap

Tidak ada komentar: