Selasa, Mei 05, 2015

Sejarah Marah Halim Cup (7): Kompetisi Deli Voetbal Bond 1908 Menjadi Tiga Divisi

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Marah Halim Cup dalam blog ini Klik Disini


Planters vs Handel di Deli, 1908
Setelah usai kompetisi 1907, berbagai kegiatan sepakbola dilakukan pada awal tahun 1908. Salah satu kegiatan sepakbola adalah pertandingan yang menamakan dirinya kesebelasan Planter dan kesebelasan Handel sebagaimana dilaporkan De Sumatra post, 14-01-1908. Pertandingan ini merupakan para pemain lawas tempo doeloe. Susunan pemain kedua kesebelasan adalah sebagai berikut (lihat gambar). Pertandingan ini dipimpin wasit Mr Witteveen. Hasil pertandingan pada babak pertama 1-0 untuk Planters. Pertandingan dihadiri banyak penonton, termasuk banyak orang Eropa. Para pemain yang sudah sangat kelelahan tersebut di babak kedua tidak satu pun gol tercipta.

***
Siapa mereka itu? Mereka yang bermain itu adalah sebagian dari para pemain-pemain yang tergabung dulu di klub Sportclub, suatu klub pertama yang didirikan di Medan.

Kompetisi 1908

Kompetisi musim kedua sejak 1907 akan digelar kembali. Ada perubahan komposisi klub yang berpartisipasi. Pada musim ini jumlah divisi bertambah menjadi tiga divisi.

De Sumatra post, 25-04-1908: Deli Voetbal Bond mengirimkan daftar klub dan jadwal kompetisi. Berikut adalah tanggal, nama-nama klub dan nama-nama wasit untuk pertandingan kompetisi. Nama yang disebut pertama adalah tuan rumah dan karena itu klub yang bersangkutan akan menentukan sendiri dimana pertandingan dimainkan dan peralatan yang dapat digunakan. Pertandingan akan dimainkan sesuai dengan aturan sepak bola yang diterbitkan oleh Bataviaschen Voetbal Bond. Pertandingan dimulai 5.05 dan berakhir 6.10 sore. Lama pertandingan diatur selama 60 menit yang mana diantaranya 5 menit untuk istirahat. Dengan pertimbangan tertentu, atas permintaan kedua kapten diperbolehkan waktu istirahat lebih lama. Dewan DVB (Deli Voetbal Bond) merekomendasikan menggunakan jaring’.

Dengan memperhatikan klub yang berpartisipasi pada musim 1908 ini teridentifikasi bahwa jumlah peserta semakin bertambah, dengan rincian sebagai berikut:
. 
Deli Voetbal Bond, 1908
  • Divisi Satu bertambah satu klub dari sebelumnya tiga klub menjadi empat klub. Klub yang bertambah adalah Teman Sefakat. Klub Teman Sefakat adalah klub lama yang baru bergabung pada musim 1908. 
  • Voorwaarts, Maimoen dan Chinese Sporting Club juga membentuk tim untuk Divisi Dua. 
  • Teman Sefakat memiliki tim pada setiap divisi.
  • Sarikat dan Java tidak berpartisipasi lagi.
  • Djawi ditempatkan di Divisi Tiga
  • Klub baru lainnya: Constantinopel VC (Divisi Dua); Medan Perdameian (Divisi Tiga)


Kick-off

De Sumatra post, 11-05-1908 (Voorwaarts vs Chinese SC): ‘Kemarin adalah yang pertama di Esplanade pertandingan diadakan untuk Divisi Dua Deli Voetbal Bond dipimpin oleh Mr Wittereen. Kedua belah pihak main dengan sepuluh pemain. Klub kostum hijau-putih (groen witten) mulai melalulan penyerangan. Sama-sama kuat namun beruntung si hijau putih (Voorwaarts) mampu menjaringkan gol ke gawang si merah-putih (Chinese SC) hingga istirahat setengah jam. Tidak ada gol yang terjadi pada babak kedua. [Sementara itu] Sabtu lalu dimainkan untuk Divisi Tiga antara Djawi Peranakan melawan Medan Perdameian dengan kedudukan akhir 2-1’.

Kompetisi Dihentikan Sementara, Dilakukan Pertemuan Evaluasi

De Sumatra post, 13-06-1908: ‘Laporan dari Deli Voetbal Bond. Pada pertemuan kemarin klub-klub DVB V.V. Voorwaarts, Chinese Sp.Cl.,  J.V.V. Constantinopel, VC Djawi Peranakan, dan Medan Perdameian. Perwakilan dari Maimoon-Sp Cl. dan Tapanoeli VC tidak hadir. Sebagai ketua DVB dipimpin oleh Cornfield dalam pertemuan itu menyatakan tujuan pertemuan bahwa untuk sementara waktu dihentikan kompetisi untuk melanjutkan lagi, dan semua diatur kembali agar semua lebih baik. Untuk selanjutnya aturan permainan kembali dibawah aturan lama (dari kompetisi sebelumnya). Salah satu delegasi berbicara tentang keinginan untuk bermain di bawah aturan baru, karena mereka kemudian semua harus berubah, dan itu ternyata tidak jalan karena tidak semua pemain tahu  mana aturan lama dan aturan baru. Aturan baru dibawah aturan umum Bataviaaschen Voetbal Bond. Hal lain yang juga diputuskan adalah Divisi III tidak dilanjutkan karena alasan tertentu. Poin ketiga adalah pertanyaan penanganan, dimana pertandingan yang dimainkan, hanya cocok di tempat Voorwaarts. Diharapkan agar Voorwaarts  bersedia menyumbangkan tanahnya untuk dijadikan tempat pertandingan. Sebuah komite disiplin disatukan yang terdiri dari tiga anggota dan dua alternatif. Mereka itu adalah Kok, Witteveen, Ovetersee, Cornfield dan Welter. Juga dibicarakan tentang mengenakan sepatu di dalam pertandingan. Bermain tanpa alas kaki atau kouzen akan dilarang. Untuk memimpin pertandingan diusulkan Witteveen, Ojsteriee, Cornfield dan Welter. Dua dari mereka hadir pada pertemuan tersebut  secara sukarela. Diputuskan untuk mendirikan sebuah nama program yang sama sekali baru dan permainan dapat dilakukan mulai sesegera mungkin’.

De Sumatra post, 09-09-1908: ‘ Sekitar 19 hingga 22 orang di Belawan melakukan pertandingan sepakbola dibawah koordinasi H.M. Edi di Belawan melawan tim sepakbola dari Medan. Bagaimana hal ini menurut Dewan Deli Voetbal Bond?

***
De Sumatra post, 17-12-1908: ‘Pertandingan antara Planters melawan Handel di bawah hujan gerimis dengan lapangan licin dilaksanakan yang dipimpin oleh Mr Witteveen. De Planters met: Stok; v. Lejjden, Y. Reesema; Schjjff, Prins, Hissink; K. Bejjnen, Baukerma, v. d. Maten, Ssmson, en v. d. Bergb. Het Handelselftal: Bonman v. Heil; Jongencel. Morrison, Sieger, Munters. 't Hoofd, Vervloet, Burger, Corr field en Wetteis. Planters menang tiga gol sampai babak pertama usai. Pada babak kedua, Planters mengendorkan permainan. Tujuan mereka ingin lawan memborbardir mereka dan itu berisiko kepada penjaga gawang. Handel berhasil mencuri gol. Cukup banyak penonton hadir dan juga orang-orang Eropa. Pertandingan berakhir dengan skor 3-2’.

Toengkoe Club Muncul Lagi

De Sumatra post, 27-02-1909: ‘Sore ini pukul lima di lapangan Esplanade dilakukan pertandingan antara Medan Peradameian melawan Constantinopel. Pada Minggu sore antara Voorwaarts II melawan Toengkoe Club I. Het elftal van Voorwaarts II is als volgt samangasteld: E. Theuvenet. B. v. Duinen. W. v. Druten. A. Cornfield. P. Stritsko. M. Schuhmacher. A. Flinsner. J. C ffie. L. v. Heil. J. Wetters, J. Welter’.

De Sumatra post, 11-03-1909: ‘Sabtu, 13 Maret pada sore hari pukul lima pertandingan sepakbola di Esplanade antara V.V. Voorwaarts (Medan) versus J.V.V (Bindjei). Het elftal van sal als volgt sfln samengesteld: Kok, v. Duinen, v. Druten; Cornfield, Theuvenet, Schuhmacher; Flinsner, de Veer, Wetters, Nagel, Walter.

Voorwaarts Bertanding Melawan Diri Sendiri

De Sumatra post, 23-03-1909: ‘Sabtu sore hari pukul lima pertandingan sepakbola di Esplanade antara Voorwaarts melawan Tapanoeli. Voorwaarts memasukkan gol dua kali sementara Tapanoeli sekali. Pada babak kedua setelah istirahat Voorwaarts menambah kemenangan menjadi 3-1. [sementara itu] Pada hari Minggu, Voorwaarts melawan Djawi Peranakan. Pertandingan ini dimenangkan oleh Voorwaarts 2-0’.

De Sumatra post, 24-03-1909: ‘Kemarin sore pukul 5 di Esplanade V.V. Voorwaarts melawan Medan Perdameian. Tim kostum merah-hitam mengawali serangan dan akhirnya membuahkan gol. Gol balasan dari lawan membuat sekir 1-1. Sebelum pertandingan berakhir kedudukan menjadi 2-1 untuk Voorwaarts. Pada babak kedua tetap dengan skor sebelumnya’.

De Sumatra post, 27-03-1909: ‘Besok tanggal 28 Maret dilakukan pertandingan dua tim Voorwaarts. Susunan pemain dua tim. Partij-1 (Rood Shitt, Witte broek): Kramer; van Duinen, van Diatan; Cornfield Jr, Jongoncel, Muller;  Flinsner, van Heil Jr, Sieger, Schuhmacher, Welter. Partij-2 (Wit Shiit, Witte broek): Thooft;  Wola van der Wel, Vervloet, Weitere, Burger; Cornfield Sr. Munters, T koerenet; Nagel, van Heil Sr; Kok’.

De Sumatra post, 08-04-1909: ‘Pertandingan antara Voorwaarts vs Medan Perdameian sore ini di Esplanade pukul lima sore’.
De Sumatra post, 13-04-1909: ‘Hari Sabtu pertandingan di Bindjei antara Vooertwaarts melawan J.V.V (Bindjei). Skor 1-1’.
De Sumatra post, 14-04-1909: ‘Pertandingan antara Voorwaarts vs Medan Perdameian sore ini di Esplanade pukul lima sore’.
De Sumatra post, 16-04-1909: Voetbal te Medan. V.V. Voorwaarts III versas V.V. E.M.M’.

Medan Tapanoeli vs Docter Djawa Club

De Sumatra post, 17-04-1909: ‘Sore ini dilakukan pertandingan antara Tapanoeli vs Docter Djawa Club  di Esplanade. Pada besok hari Minggu Voorwaarts  III akan berhadaoan dengan E.M.M.I. De Sumatra post, 19-04-1909 melaporkan hasil pertandingan Tapanoeli vs Docter Djawa Club  dengan skor 1-3. Pada babak pertama Docter Djawa Club yang berkostum blauwitten (biru-putih) menang dua gol. Setelah istirahat, Tapanoeli yang berkostum merah-hijau pada permulaan pertandingan berhasil memperkecil skor. Docter Djawa Club akhirnya memenangkan pertandingan setelah menambah satu gol lagi’. Pertandingan antara Voorwaarts vs EMMI dengan skor 4-0’.

De Sumatra post, 20-04-1909: ‘Pertandingan antara Voorwaarts III vs Kampong Gloegoe Club sore ini di Esplanade pukul lima sore’.
De Sumatra post, 23-04-1909: ‘Pertandingan antara E.M.M vs Medan Perdameian’.
De Sumatra post, 08-05-1909: ‘Morgennamiddag om 5 uur, te Esplanade V.V. Voorwaarts II  vs Oranjecombinatie’.
De Sumatra post, 01-06-1909: ‘Pada tanggal 30 Mei Voorwaarts lI vs Stia Sumatra Sporting Club’.
De Sumatra post, 13-06-1909: ‘Voorwarts II vs Bondjei’

Setelah kompetisi untuk sementara dihentikan dan dilakukan pertemuan evaluasi dalam kenyataannya kompetisi tidak pernah terlaksana. Ini mengindikasikan kompetisi tiga divisi Deli Voetbal Bond hanya berumur seumur jagung. Dengan tidak adanya kompetisi (vakum), masing-masing klub berjalan dengan programnya masing-masing. Meski kompetisi tidak berjalan mulus, namun ada beberapa hal yang hal yang menarik untuk dicatat, yaitu:

Klub Toengkoe munculnya kembali yang selama ini tidak diketahui kabar beritanya. Klub Toengkoe adalah klub pribumi yang pertama didirikan di Medan. Klub ini sempat melakukan kompetisi dengan dua klub lainnya, yakni: Langkat Sportclub dan Medan Sportclub. Dua klub ini adalah dua klub yang pertama didirikan di Deli. Medan Sportclub adalah klub yang dihuni oleh bangsa Belanda dan homebase di Medan, sedangkan Langkat Sportclub adalah klub yang dihuni mayoritas orang-orang Inggris dan memiliki homebase di Bindjei.

Klub Voorwaarts yang merupakan satu-satunya klub Belanda yang exist, telah kehilangan kesempatan untuk bermain lebih banyak. Untuk mengisi kekosongan kompetisi Voorwaarts melakukan yang sifatnya bilateral dengan sjumlah klub. Namun itu tidak cukup bagi Voorwaarts, dan untuk mengisi kekosongan pertandingan Voorwaarts melakukan pertandingan internal antar anggota Voorwaarts sendiri.

Klub Tapanoeli kedatangan tamu dari Batavia, klub Docter Djawa. Klub yang berkompetisi di Bataviasche Voetbal Bond ini adalah klub yang pemainnya 100 persen pribumi yang tengah kuliah di Docter Djawa School. Pertandingan yang dilangsungkan di lapangan Esplanade Medan  pada tanggal 18-04-1909 itu berakhir dengan skor 1-3 dengan keunggulan Docter Djawa VC*.

Sejauh ini di Deli, Noord Sumatra begitu banyak klub sepakbola, meski ada beberapa yang tidak melakukan pertandingan lagi (yang dilaporkan) sesungguhnya klub-klub tersebut tetap exist namun kegiatan pertandingannya secara resmi vakum. Toengkoe, Langkat dan Sportclub ternyata masih ada, namun para pemainnya tidak hadir dengan memakai bendera klub lama tetapi dengan nama lain seperti Planters, Handel dan Langkat Elftal. Bagaimana kelanjutan sepakbola Deli, Noord Sumatra tunggu pada artikel berikutnya.

***

Docter Djawa Club atau Stovia Club, Batavia, 25-01-1907
*Tapanoeli Voetbal Club vs Docter Djawa VC. Lawatan klub Docter Djawa dari Batavia (yang telah berganti nama menjadi Stovia Voetbal Club) adalah klub pertama yang datang dari Djawa ke Sumatra di Deli. Ini semacam pertandingan antar klub antar pulau. Sebelumnya tim Deli sudah saling mengunjungi dengan tim Penang (antar Negara). Kedatangan klub dari Bataviasche Voetbal Bond ini karena libur kompetisi. Klub Docter Djawa adalah satu-satunya klub di Djawa yang pemainnya 100 persen pribumi. Boleh jadi ketika klub-klub lainnya di kompetisi di Batavia melakukan kunjungan ke berbagai kota di Djawa (Soerabaija, Semarang dan Bandoeng) untuk mengunjungi saudaranya sesama bangsa Belanda, klub Docter Djawa melihat bahwa saudaranya di Medan cukup banyak jumlahnya. Boleh jadi inilah alasan klub Docter Djawa jauh melawat ke Deli.

Pertanyaannya, ketika melawat ke Medan mengapa klub Tapanoeli yang dijadikan sebagai tujuan. Klub Tapanoeli juga tampaknya sangat senang menerima tamu dari jauh dan bertindak sebagai tuan rumah yang baik. Lantas mengapa klub Docter Djawa tidak memilih klub lainnya seperti Teman Sefakat, Toengkoe, Maimoen, Sarikat atau klub yang sama-sama menggunakan kata Djawa seperti klub Java VC atau Djawi Peranakan. Jawabannya begini:

Docter Djawa School adalah sekolah dokter pribumi yang didirikan 1851 di Batavia. Pada tahun 1857 Si Asta dan Si Angan dari Afdeeling Mandheling en Ankola diterima sebagai siswa. Dua anak ini ternyata adalah siswa pertama yang diterima dari luar Djawa. Karena prestasi kedua siswa ini (kemampuan kognitif yang tinggi dan kemampuan bahasa Belanda yang memadai), pimpinan Docter Djawa School (yang rata-rata pertahun mendidik 8-10 siswa) meminta siswa yang berasal dari Mandheling en Ankola untuk didatangkan. Pada tahun 1856 dua siswa dari Mandheling en Ankola yang bernama Si Toga gelar Dja Dori dan Si Napang gelar Dja Bodi diterima dan telah mengikuti pendidikan (lihat Utrechtsch provinciaal en stedelijk dagblad: algemeen advertentie-blad, 02-04-1857). Demikian seterusnya secara reguler anak-anak Mandheling en Ankola mengikuti pendidikan di Docter Djawa School ini.
 
Kurikulum Docter Djawa School ini diubah tahun 1875 yang mana lama pendidikan berubah dari tiga tahun menjadi tujuh tahun.

***
Pada akhir tahun 1893 (tahun baru 1894) ketika dilaporkan ada pertandingan sepakbola pertama di Medan antara klub Deli dengan tim dari Penang (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 02-01-1894) di tahun yang sama (1894) dua siswa asal Padang Sidempoean diterima di Docter Djawa School. Dua pemuda itu bernama Haroen Al Rasjid dan Muhamad Hamzah. Keduanya lulus di tahun yang sama tahun 1903. Haroen Al Rasjid Nasoetion setelah selesai masa dinas di Padang dan Sibolga membuka klinik dokter praktek di Telok Betong.

Salah satu anak Dr. Haroen yang terkenal adalah Ida Loemongga (dokter pertama pribumi yang meraih gelar PhD pada 1932 di Universiteit Utrecht).

Sedangkan Dr. Muhamad Hamzah (Harahap) setelah usai berdinas di Telok Betong kemudian pindah dan membuka klinik di Pematang Siantar. Dr. Muhamd Hamzah selama di Pematang Siantar pernah tiga periode menjadi anggota Dewan Kota (gementeeraads). Dr. Muhammad Hamzah di dalam masyarakat menjadi pembina Siantar Voetbal Bond.

Selain itu, dua anak Padang Sidempoean yang bernama Abdul Hakim (Harahap) dan Abdul Karim (Harahap) direkrut dari Padang Sidempoean tahun 1898. Keduanya sekelas dengan Dr. Tjipto (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 28-01-1899). Abdul Hakim dan Abdul Karim akhirnya lulus Dokter Djawa School November 1905 dan berhak mendapat gelar dokter. Mereka berdua berdinas dan ditempatkan di kota yang berbeda. Dr. Abdul Karim ditempatkan di Sawah Lunto Januari 1906, kemudian ke Goenoeng Sitoli dan Fort de Kock. Sedangkan Dr. Abdul Hakim ditempatkan ke Padang Sidempoean, kampong halamannya. Lalu pada tahun 1910 dipindahkan ke Bindjei (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 25-04-1910).

Satu lagi yang terkenal adalah Radjamin Nasoetion, angkatan pertama STOVIA tahun 1902 yang lama pendidikan menjadi sembilan tahun. Pada saat Dr. Djawa VC datang ke Medan tahun 1909, Radjamin sudah kuliah memasuki tahun ke tujuh. Radjamin adalah salah satu pemain Dr. Djawa VC yang ikut melawaat ke Medan. Radjamin lulus STOVIA tahun 1912. Dr. Radjamin Nasoetion berdinas di bea dan cukai, setelah dinas di berbagai tempat akhirnya ditempatkan di Medan. Radjamin Nasoetion adalah pendiri asosiasi sepakbola pribumi di Medan yang diberi nama Deli Voetbal Bond (lihat De Sumatra Post terbitan 13-02-1923). Setelah lama di Medan, Radjamin pindah ke Batavia lalu ke Soerabaija. Di kota tempat kelahiran teman akrabnya, Dr. Soetomo yang  sesama aktivis di STOVIA di masa lalu, kemudinan Radjamin Nssoetion terpilih menjadi anggota Dewan Kota. Di tengah masyarakat, Radjamin Nasoetion  melanjutkan hobinya menjadi pembina sepakbola pribumi di Soerabaija.

Pada tahun 1942 Dr. Radjamin diangkat militer Jepang menjadi walikota Soerabaija dan ditunjuk lagi ketika era Republik. Dr. Radjamin Nasoetion adalah pribumi pertama yang menjadi Walikota Surabaya.

Teman Radjamin yang masuk STOVIA tahun 1902 adalah Muhamad Daulaj. Setelah lulus ditempatkan di Ngawi dan kemudian pindah ke Semarang. Lalu kemudian Muhamad Daulaj dipindahkan ke Medan. Pada tahun 1916 Muhamad Daulaj membuka rumah sakit swasta di Poeloe Sitjanang untuk penderita penyakit kusta (Bataviaasch nieuwsblad, 22-04-1916).

Setelah Radjamin Nasoetion dan Muhamad Daulaj, sejumlah mahasiswa asal Padang Sidempoean di STOVIA antara lain Gindo Siregar (1922-); Aminoedin Pohan (1919-); Diapari Siregar (1921-); Moerad Loebis (1920-); Amir Hoesin (1918-); Soleiman Siregar; Amijn Pane (1924-), Daliloeddin Lubis (1923-), Amir dan Moenir Nasoetion bersaudara (abang dari S.M. Nasoetion, Gubernur Sumatra Utara yang pertama).

Namun diantara mereka hanya Diapari Siregar dan Aminoedin Pohan yang melanjutkan pendidikannya ke Negeri Belanda untuk memperoleh akte dokter spesialis.

Amimoedin Pohan sendiri merupakan salah satu dokter yang pernah pulang kampong untuk berdinas di Padang Sidempoean. Sepulang dari Belanda Aminoedin mengundurkan diri dari pegawai pemerintah, tetapi kemudian diusulkan oleh Abdul Rasjid (anggota Volksraads) dan bersaing dengan dokter-dokter Belanda dan akhirnya yang dipromosikan Menteri Kesehatan ke Padang Sidempuan adalah Amidoedin Pohan untuk menjabat sebagai Direktur rumahsakit yang baru dibangun (1936). Setelah dua tahun menata rumah sakit Padang Sidempuan Aminoedin Pohan dipindahkan ke Semarang dan penggantinya di Padang Sidempuan adalah Dr. M.M. Hilfman. Pada tahun 1940, Aminoedin dipindahkan ke Departemen Kesehatan di Batavia.

Sedangkan Diapari Siregar mendapat akte dokter spesialis di Leiden 1932. Setelah berhenti pegawai pemerintah, Diapari Siregar pulang kampong tapi hanya sampai di Pematang Siantar. Diapari Siregar lebih memilih membuka prakter dokter swasta di Pematang Siantar.

Pada tahun 1924 siswa yang diterima di STOVIA haruslah lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Selanjutnya pada tahun 1927 STOVIA berganti nama menjadi Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi Kedokteran). Pada tahun 1934 siswa yang diterima haruslah lulusan AMS (Sekolah Lanjutan Atas) atau HBS (Sekolah Menengah Belanda).

***
Pada sekitar 1908, tiga anak Padang Sidimpoean yang terjun dalam dunia jurnalis di Medan adalah Mangaradja Salamboewe, Parlindoengan dan Parada Harahap. Mangaradja Salamboewe adalah alumni Kweskschool Padang Sidempoean, anak Dr. Asta (siswa pertama luar Djawa yang diterima di Docter Djawa School).

***
Dengan memahami kiprah anak-anak Padang Sidempoean, Mandheling en Ankola sejak 1854 hingga 1908, maka siswa-siswa Docter Djawa School sangatlah akrab dengan anak-anak Tapanoeli. Dan daerah Tapanoeli tidak asing bagi siswa-siswa Docter Djawa School, karena siswa dan alumni Docter Djawa School cukup popular di Nerderlansch Indie. Karena itu ketika Dr. Djawa VC ingin melawat keluar kandang, hanya ada satu pilihan tempat yang sesuai, yakni ke Medan, maka koneksi Muhamad Daulaj dan Radjamin sebagai pemain sepakbola Dr. Djawa VC dan para alumni yang berasal dari Padang Sidempoean (Tapanoeli) sudah banyak di Medan, maka pilihan Dr. Djawa VC untuk memilih lawan tanding di Medan sangat masuk akal. Pada masa itu, lawan tanding haruslah bertindak menjadi tuan rumah untuk memfasilitasi para tamunya. Tapanoeli VC menerima dan melayani tamunya dengan antusias dan dengan keramahan anak-anak Padang Sidempoean.


(bersambung)


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: