Selasa, Mei 12, 2015

Sejarah Marah Halim Cup (9): Klub Sepakbola Bermunculan di Luar Deli, Kompetisi Bergulir Lagi

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Marah Halim Cup dalam blog ini Klik Disini

Kompetisi 1907 dan 1908

Kompetisi sepakbola di Deli benar-benar berhenti sama sekali. Hanya berlangsung efektif untuk satu musim. Kompetisi yang diikuti oleh sejumlah klub yang dibagi tiga divisi tidak berlanjut (lihat tabel). Rekomendasi pertemuan Deli Voetbal Bond (De Sumatra post, 13-06-1908), setelah kompetisi dihentikan untuk sementara, ternyata tidak terlaksana. Klub-klub yang tergabung dalam Deli Voebal Bond hanya melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Tapanoeli Voetbal Club masih sempat kedatangan tamu dari Batavia, Dr. Djawa VC (De Sumatra post, 19-04-1909). Klub Voorwaarts bertanding dengan sejumlah klub tapi itu tidak cukup. Voorwaarts melakukan pertandingan terakhir di Esplanade antara Voorwaarts lI vs Stia Sumatra Sporting Club (De Sumatra post, 19-06-1909). Setelah itu, tidak ada kabar berita sepakbola di Deli.

Turnamen Empat Klub

De Sumatra post edisi 14-06-1910 melaporkan rencana dilakukannnya kompetisi sepakbola. Dengan beberapa pemain kami berencana untuk mempromosi (kembali) sepakbola di Medan, pertandingan yang dilakukan antara tim-tim dari kluib sepakbola Handel, DSM, Planters dan Maimoen. Pertandingan yang diadakan merujuk pada hari besar, tapi ini dicoba dengan sekali dalam dua minggu. Kontribusi masih sedang diusahakan untuk menyediakan medali atau piala. Daftar pertandingan kompetisi yang dimaksud sebagai berikut (lihat gambar).

Setelah kompetisi empat klub, tidak kunjung ada pertandingan yang dilaporkan. Baru kemudian ada pertandingan antara tim Voorwaarts dengan lawannya klub yang baru didirikan. De Sumatra post, 13-03-1911 melaporkan klub baru yang didirikan bulan lalu merupakan klub dari Maleische vereeniging Dcli yang diberi nama Sinar Deli. Debut klub baru ini melawan Voorwaarts dilangsungkan di Esplanade yang dipimpin oleh wasit Cornfield. Pertandingan tersebut tidak berimbang yang mana Sinar Deli kalah telak selusin gol tanpa balas.

Reuni: Deli (Belanda) vs Langkat (Inggris)

Pertandingan antara tim Langkar vs tim Deli sudah lama tidak terdengar kabar beritanya. Ada inisiatif para pemain lawas untuk membangkitkan kisah lama itu ketika klub-klub baru tidak kunjung berhasil menjalankan kompetisi.

De Sumatra post, 12-04-1911: ‘Pada tanggal 16 April 1911 akan ada pertandingan olahraga di Bindjei yang mana kriket dilangsungkan pagi pukul sembilan dan sepakbola pada sorea hari pukul lima. Kereta akan berangkat dari Medan pukul 8.10. Untuk pemain sepakbola dan supporter (matineuse supporters) akan berangkat dengan kereta pada pukul 2.39 dari stasion Medan. Kereta khusus akan diaktifkan meski juga disediakan mobil. Tim kriket Deli terdiri dari: A. Buck, W. Reesema, J. v. Gogh, Brostowski, v. Pauhuys, West, Strenguaerts, v. Sachtelen, Stok, Austen en Weijerman. Referee zal zijn de heer Saunders. Tim sepakbola masih dapat berubah, tetapi yang terdaftar sekarang adalah: O. Stok (Doel); v. Nieuwkerk en A. Q. F. Schmoutziguer (Achter); G. C. Post, Austen en R. J. Goddard (midden); J. Thooft, v. d. Berg, L. W. van Suchtelen, Mr. E. Hesselink en F W. Teschner (Voor). Referee : de heer J. C. Witteveen. Tim Langkat belum diketahui siapa yang akan bermain’.

Pertandingan ini tampak semacam tapak tilas dalam sepakbola di Deli dan Langkat. Kegiatan olahraga model ini sudah lama berlalu. Pertandingan olahraga (krikiet dan sepakbola) adalah hal yang pertama kali dilangsungkan di Medan dan Bindjei. Pertandingan ini dilaksanakan akhir tahun 1899 (jelang tahun baru 1900) yang berakhir dengan 2-0 untuk Sportclub Sumatra’s Oostkust sebagaimana dilaporkan De Sumatra Post edisi 03-01-1900. Pertandingan yang dilaksanakan sekarang kurang lebih sama dengan tempo doeloe yang mana Langkat dihuni oleh orang-orang Inggris dan Deli oleh orang-orang Belanda, krikrt pagi hari, sepakbola sore hari dan ada kereta khusus untuk pemain maupun sporter. Para pemain, jika doeloe mereka masih tampak muda, tetapi kini sudah jauh menua.

De Sumatra post, 18-04-1911: Pertandingan antara Langkat dan Medan dilaksanakan hari Minggu telah dilengkapi dengan tenda di pinggir lapangan. Terutama pada bagian dari Engelschen sangat senang dengan kegiatan ini dan bahkan datang lebih awal, banyak penggemar Uni Eropa datang, banyak wanita, mereka bertepuk tangan dengan antusias. Setelah pertandingan kriket lalu beranjak menuju International Scieties Club Bindjey. Di gedung itu dilakukan pertemuan, banyak kata yang diucapkan, saling simpati antara Inggris dan Belanda dan akhirnya penutup dengan disajikan makanan. Ini benar-benar hari olahraga. Acara berakhir setengah tiga dengan diiringi piano, karena pukul lima sore dilakukan pertandingan sepakbola. Dalam pertandingan sepakbola ini karena kurangnya latihan pertandingan berjalan lamban dan skor 1-0 untuk Delianen Setelah turun minum Langkatters. berhasil sekali mencetak gol. Akhirnya kemenangan untuk Delianen 2-1. Pertandingan kembali dilakukan di Medan seperti yang telah disebutkan oleh Mr. Witteveen yang memimpin pertandingan ini sangat puas. Setelah pertandingan kembali ke Societeit dilakukan makan minum dengan sedikit pidato yang mana tuan rumah tidak terlupakan pertandingan di Bindjei ini. Kereta berangkat dari Bindjei ke Medan pukul 8.30’.  

Klub Voorwaarts Merger Menjadi Dcli Sport Vereeniging (Sepakbola, Kriket dan Hoki)

Voorwaarts adalah klub yang dibangun untuk sepakbola. Klub ini adalah klub yang terus eksis sementara Sportclub kurang aktif lagi. Secara defacto Voorwaarts menjadi suksesi Sportclub di Medan. Tidak ada kompetisi, Voorwaarts akhirnya merevisi programnya. Kini Voorwaart melakukan merger dengan bidang olahraga lainnya. Kabar ini diketahui dari iklam mereka di Sumatra post edisi 28-04-1911. Kemudian koran ini melaporkan adanya pertemuan di Wiite Societeit tentang merger sepakbola, kriket dan hoki.

Permainan Basket Mulai Dikenal di Medan
De Sumatra post, 02-05-1911: ‘Ini terjadi. Voorwaarts, de Medan Hockey Club en de Medan Cricket Club pada Sabtu malam di Witte Societeit pertemuan bersama tiga serikat dan bersatu menjadi satu tubuh dengan kesamaan bidang saat Voorwaarts. LW. van Suchtelen terpilih sebagai presiden serikat baru dan anggota dewan adalah LG. Wiemans, .1C. Witteveen, JCM. West en WJD. van Druten. Ditentukan di Majelis Konstituante ini bahwa biaya keanggotaan untuk afdeeling sepakbola 8 gulden, departemen hoki 3 gulden dan divisi kriket 6 gulden per kuartal. Pemungutan dilakukan per kuartal, namun sebaiknya dibayarkan di awal kuartal. Jadwal dibuat pada hari-hari yang berbeda dengan jadwal berikut: Selasa dan Minggu untuk sepakbola, hoki untuk Senin dan Kamis serta Rabu dan Jumat untuk kriket. Pada hari Sabtu akan dilakukan di Medansche Voetbalclub’.

De Sumatra post, 04-05-1911 (Sepakbola Medan): ‘Jumat sore, tim yang terdiri dari personil dari sirkus Pillis melakukan pertandingan sepakbola melawan tim Toengkoe di lapangan Deli-sportvereeniging. Untuk Minggu sore akan memainkan pertandingan antara tim Pillis melawan tim Deli-sportvereeniging’.

De Sumatra post, 11-05-1911: ‘Esplanade. Dcli Sport Vereeniging: Oefeningsavonden Dinsdag en Zondag voor de Voetbal-afd. Donderdag voor de Hockey-afd. Maandag, Woensdag en Vrijdag voor de Cricketafd. Rijclub: lederen Woensdagavond van 6.30-7.30, Medan Voetbal-club oefeningsavond Zaterdag Esplanade.

Sepakbola di Medan mulai lesu lagi. Voorwaart yang telah bendera Deli-Sport Vereeniging (DSV) tidak terdengar lagi aktivitasnya di bidang olahraga sepakbola. Setelah melewati tahun 1911, kini DSV baru kembali muncul lagi di akhir tahun 1912.

De Sumatra post, 09-12-1911: ‘Kemarin, pemain sepak bola dari DSV kembali untuk pertama kalinya setelah istirahat panjang. Untuk kali ini kekuatan Medan diuji kembali dengan diperluas dan ditingkatkan. Salah satu hal bahwa banyak pihak telah merindukan kembali sepakbola. Untuk sementara diperkirakan ada muncul tiga puluh anggota. Yang menjanjikan adalah banyak pertandingan dan diharapkan dalam sukacita dunia sepakbola di Deli. Pada bulan Januari akan membuka kompetisi sepakbola yang terdiri dari lima tim akan berpartisipasi, yakni tim Planters dari Deli dan Langkat, DSM, Van Nie dan tim Handel. Tim Van Nie akan kehilangan pemain Adr. Vervloet karena keberangkatannya. Sebaliknya, tim Handel akan menemukan dukungan yang kuat dari Mr Jongencel, yang telah kembali lagi dari Eropa di Medan. Mengenai tim Planters dalam beberapa bulan terakhir telah berkembang dan banyak kekuatan pemain muda yang baik, sehingga mereka tim ini bisa partai menarik. Kompetisi ini akan bermain di bawah tajuk kompetisi Piala Van Nie (Van Nie Beker)’.

Sepakbola di Tandjoengpoera dan Batoebara; Langkat Bangkit

Sepakbola di Deli dan Langkat mulai dibangkitkan kembali. Di lain pihak sepakbola juga telah berkembang di tempat lain. Sepakbola tidak lagi hanya di Medan, Bindjei, tapi juga di Tandjoengpoera, Batoebara dan bahkan tempat-tempat lainnya seperti di Pabatoe, Loeboekpakam, dan Pematang Siantar.

De Sumatra post, 14-06-1912: ‘Pertandingan sepak bola di Medan yang datang dari tim karyawan Perusahaan Rotterdam Deli. Pertandingan dilakukan di hari-besar. Tim berasal dari lingkungan Tandjong Poera ini akan bertanding di sini dan bersaing melawan tim dari Dcli Sport Vereeniging’.

De Sumatra post, 07-09-1912: ‘Zaterdag tanggal 14 ini akan tim sepakbola Dcli Sport Vereeniging akan memainkan pertandingan melawan tim sepakbola Batoe Bahra. Untuk tim Batoe Bahra merupakan para pemain yang merupakan debut dalam pertandingan mereka’.

Secara khusus Langkat adalah juga pionir dalam sepakbola setelah Meda (Deli). Namun kelesuan telah lama terjadi di Langkat. Adalah dua tokoh olahraga penting, Buck dan Pinckney yang gerah dan angkat suara agar sepakbola Langkat dapat bangkit kembali. Peran dari Pinckney ini sejak doeloe tidak terhitung dalam persepakbolaan Langkat.

De Sumatra post, 19-09-1912: ‘Kebangkitan olahraga di Langkat. Dua olahragawan terkenal dari Langkat Mr. A. Buck dan Mr. W. Percy Pinckney berniat sekali mengupayakan untuk menggiatkan olahraga untuk kehidupan, yang mana di tahun-tahun sebelumnya (doeloe) begitu hidup, tapi sekarang terasa ada merana sedih. Perlu dibangkinkan, terutama karena penggemar olahraga sepakbola masih terjaga terutama antusias para orangtua pekebun Langkat untuk digalakkan lagi dengan penuh semangat. Pada akhir-akhir ini ada begitu banyak anak muda datang untuk menetap di Lngkatsche - orang-orang muda, yang mana di antaranya kita tahu bahwa di banyak tanah yang dilakukan di lapangan sepak bola. Itu benar-benar terdengar memalukan tidak ada latihan yang cukup di Langkat karena kelambanan dan ketidakpedulian antara Planters dengan liga sepak bola terbaru. Sekarang beberapa Langkatters yang dikenal akan berusaha untuk menghasilkan para Planters agar menunjukkan permainan sehat ini bersemangat lagi. Mr Buck dan Pinckney bahkan berniat untuk fokus Langkat voetbalclub secara keseluruhan untuk Bindjey tentu saja, sebagai pusat Langkat. Untuk propaganda yang sekarang bahwa pada tiap tanggal 25 akan dijadikan hari pekebun yang mana bekerja hanya setengah hari saja. Tim Bindjey sebagai tim Inggris di Lankat dan tim lainnya yang terdiri dari pekebun dari berbagai kebun-kebun lainnya di Langkat. Pada hari besar, satu harapan akan terbentuk dua tim campuran untuk membawa bersama-sama di lapangan pada tanggal 16. Para pemain yang terlibat dalam kompetisi ini akan terpenuhi dengan baik, tim akan dirakit yang pada 1 November akan dibawa ke Medan melawan tim Handel. Ini semua pendirian klub Langkat keluar untuk memastikan adanya Langkatters. Mantan Langkatters atau mereka yang dulu bermain di sini tetapi tidak lagi berdomisili di sini dikeluarkan dari pertandingan ini. Langkat harus tetap membaca semboyan mereka sebagai Langkat. Ternyata sekarang, bahwa tim Langkat terus yang cukup kuat di lapangan akan membawa, yang tentu akan berpartisipasi dalam membentuk kompetisi sepakbola tahun depan. Untuk rencana Mr Buck dan Percy Pinckney ini Planters akan melakukannya dengan bijaksana untuk memberitahu mereka melalui surat atau sebaliknya’.

1913, Kompetisi Diselenggarakan Lagi


Dalam upaya membangkitkan sepakbola di Deli dan Langkat kompetisi akan segera dilangsungkan dalam bentuk liga. Sejauh ini sepakbola itu indah, damai dan sehat baik di Deli maupun di Langkat. Namun mengalami distorsi jika non pesepakbola mulai terlibat, seperti masyarakat dan pemerintah. Ini yang terjadi di Medan. Kompetisi sebelumnya berhenti karena ada kaitannya dengan petisi dari masyarakat di lingkungan sekitar Esplanade, yang mana lapangan tersebut menjadi homebase Voorwaarts sebagai satu-satunya lapangan yang dianggap layak untuk pertandingan kompetisi.

Tampaknya, untuk mengurangi tekanan masyarakat, pengelola DSV yang berbasis bangsa Belanda akan membentuk kompetisi dua kamar, yang mana kompetisi Eropa/Belanda sendiri (eksklusif) tanpa bermaksud untuk menyertakan klub pribumi, tetapi masih mempertimbangkan partisipasi klub yang berbasis Tionghoa. Sebagaimana diketahui di Medan sendiri sudah cukup banyak klub-klub yang berbasis pribumi. Oleh karena itu, kompetisi untuk klub pribumi juga akan dilaksanakan. Tahun 1913 ini seakan tahun dimana sepakbola di Medan dan sekitarnya mulai terbelah menjadi dua kotak: eropa/china vs pribumi. Bagaimana hal itu terjadi, karena dalam kenyataannnya sepakbola terkait dengan banyak hal.

De Sumatra post, 18-01-1913: ‘Belum lama ini, kita diberitahu, mulai lagi pertandingan sepakbola dalam bentuk kompetisi. Seperti di musim lalu, pada musim ini akan dilakukan hingga akhir tahun ini, tim yang diundang: Handel, Vin Nie, DSM en Planters, dan sedang dipertimbangkan apakah kita juga akan mencakup Chinese Sporting Club di liga. Upaya lebih lanjut akan dilakukan, jika memungkinkan untuk membagi dua divisi untuk pekebun baik di Dcli maupun di Langkat. Padahal upaya ini tahun lalu juga masuk akal, tapi musim ini mereka berharap untuk menjadi terwujud karena tuan Pinckney. Perusahaan Deli dalam hal ini belum dimasukkan karena alasan keterpencilan dari Medan yang membuat ini hampir tidak mungkin. Sekarang, di Padang Bedagai diharapkan mungkin akan terbentuk satu liga tersendiri’. De Sumatra post, 03-03-1913: ‘Di Laboehanroekoe dilangsungkan pertandingan antara HFO melawan tim dari Batoebahra di dekat Pabatoe.

Peta Sumatra's Oostkust, 1914
De Sumatra post, 12-07-1913: ‘Kita menemukan adanya latihan sepakbola lagi, fakta bahkan lebih kuat tercermin dalam penciptaan sebuah klub sepakbola untuk Pematangsiantar dari kebonnikers dan non perkebunan. Mereka sementara memiliki lapangan untuk sepakbola’. De Sumatra post, 14-07-1913: ‘Pada tanggal 16 akan diadakan pertandingan sepakbola di Esplanade antara tim Langkat melawan tim Serdang’. De Sumatra post, 19-07-1913: ‘Kompetisi dilangsungkan tanggal 19 Juli antara DSM melawan Chinese Sporting Club’. De Sumatra post, 01-08-1913: ‘Morgenmiddag di Esplauade tim sepakbola Sahati Voetbal Club en tim sepakbola Medan Prijai’. De Sumatra post, 15-01-1914: ‘26 Januari, Voetbal-wedstrijd Pabatoe  vs DSV’.

Jumlah klub dua kompetisi 1913
Kompetisi tahun 1913 tengah berlangsung. Jumlah klub yang berpartisipasi sebanyak  10 klub, yang dibagi dalam dua kamar: Handel, Vin Nie, DSM en Planters, Chinese Sporting Club dalam satu kompetisi, dan lima klub lainnya yang didominasi oleh klub-klub pribumi.

Sementara itu, di luar Langkat dan Deli juga perkembangan sepakbola mulai terasa gaungnya. Ini mengindikasikan bahwa sepakbola di Noord Sumatra tidak hanya di Medan dan Bindjei, tetapi juga di Serdang Bedagai, Pabatoe dan Pematang Siantar.

Kompetisi 1914

Setelah lama sepakbola di Deli dan Langkat mengalami kelesuan, maka tahun 1913 sepakbola di dua wilayah itu bangkit kembali dengan kompetisi baru. Setelah kompetisi tahun lalu berakhir, kini kompetisi tahun berikutnya digulirkan kembali. Kompetisi tetap dengan dua kamar: basis Eropa vs basis Pribumi.

De Sumatra post, 04-02-1914 (De Maleische voetbal-competitie): ‘Deli Sporting Vereeniging (DSV) akan segera menyelenggarakan kompetisi liga Melayu dan pertandingan ini seperti pada musim sebelumnya sebanyak mungkin pada hari Rabu atau pada hari Minggu, setidaknya pada hari-hari ketika tidak ada pertandingan yang dilakukan oleh klub-klub Eropa. Di lapangan DSV tidak dizinkan untuk dilaksanakan. Dalam hal ini Zettersvereeniging adalah klub yang cukup kuat dan menurut kaptennya klub-klub lain mungkin takut untuk letterrrzetterrrs. Tapi bagaimanapun, ia berjanji bahwa klub sepakbola lain juga perlu dipertimbangkan yang melihat aktivitasnya  dapat saja menyodok kami. Sejauh ini setidaknya masih berhasil berbagi sesama, hanya lima klub menyatakan keinginan mereka bersaing untuk kejuaraan liga Melayu yang baru dan klub-klub tersebut adalah  Zettersvereeniging (juara tahun lalu), Medan Prijaji, Sehati, Medan Tapanoeli dan Lokomotif—sebuah serikat Inlandsch yang personilnya bernaung di DSM. Apa semua enam atau tujuh klub sepakbola asli lainnya seperti Locale Werken, Royal Voetbal Club (dari Labuan)  masih berpikir untuk melakukan itu asing baginya. Ini disayangkan bahwa klub ini berada di satu sekretariat begitu sulit untuk bergabung.  DSV akan secara berbeda dapat menyelidiki mereka’.

Jadwal kompetisi 1914
e Sumatra post, 09-02-1914 (De voetbal competitie): ‘Pada hari-hari ini bahwa musim kompetisi voetbal Delian di sini sudah diputar kembali dan akan berbeda permainan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Dcli Sport Vereeniging (DSV)  akan mengelola di ranah Deli yang berpusat di Esplanade, juga akan diadakan sebagian dan akan berlangsung untuk pertandingan di kandang Boven Serdang Voetbal club, de Loeboeq Pakam Voetbal vereniging en de Chinese Sports Club. Sebab asosiasi ini dalam kepemilikan bidang mereka sendiri dan oleh karena itu tidak bisa dipaksa untuk memainkan semua pertandingan mereka di wilayah asing (Esplanade). Hanya Handel. Van Nie dan Deli Planters yang berafiliasi dengan DSV yang akses ke Esplanade. Kompetisi ini akan tampak lebih berkarakter kompetisi, karena ini diatur sebagaimana di Eropa. Ini hanya salah satu bukti dan karena itu kami berharap. bahwa semua tim akan berpartisipasi memberikan keterlibatan mereka yang kuat sampai tercapainya keberhasilan dari regulasi baru. Sehubungan dengan amandemen ini, dewan DSV melihatnya dan melakukan beberapa ketentuan baru yang lebih ketat ditegakkan. Ketentuan ini antara lain: Kapten tim yang bermain dapat melakukan protes dalam 2 kali dalam 21 jam setelah kontes kepada Secretaris van de Competitie-Commissie (den Keer. tier Deli-Spiort Vereeniging); pemain tidak diizinkan berdiri lebih dari satu tim; bermain dengan kostum tim warna yang berbeda, dan penggunaan sepatu diperlukan: Tim yang kena sanksi akan didenda f 25.-, denda harus dibayar dalam waktu satu bulan. Gagal pembayaran tim relevan untuk kompetisi ini dicoret, tim tamu wajib menyiapkan lapangan dengan garis kapur yang jelas, membuat bendera sudut dan masing-masing dalam tim yang kompetisi memastikan untuk menyertakan berpartisipasi bagi hakim garis; biaya masuk per tim adalah f25. Selanjutnya administrasi DSV  tahun ini dengan kepemimpinan kompetisi-akan menyiapkan jadwal untuk semua’.

De Sumatra post, 10-02-1914: ‘12 Februari Voetbalcompetitie CSC vs Handel te Medan’.
De Sumatra post, 16-02-1914: ‘16 Februari Voetbalcompetitie Planters vs Handel te Medan’.
De Sumatra post, 18-02-1914: ‘1 Maart Voebalcompetitie : CSC vs BS te Bangoen Poevba. Planters vs LVV te Medan’.


Klub Medan Tapanoeli Protes dan Mundur dari Kompetisi

Rupanya masih ada yang mengganjal dihati para pemain klub Tapanoeli dengan kompetisi dua kamar yang sekarang. Ini terungkap dari masalah yang tersisa pada akhir kompetisi tahun sebelumnya.

De Sumatra post, 20-02-1914 (De Maleische competitive): ‘Sebagaimana dilaporkan terakhir, Minggu, kecuali tiga serikat, bahwa ada empat serikat lainnya segera secara tertulis mengikuti kompetisi, mereka juga dengan senang hati masih ikut dalam musim ini, kompetisi yang dipimpin DSV, dengan tetap mempertahankan adanya kompetisi untuk pribumi. Fakta bahwa Zetters adalah juara tahun lalu dan telah menerima sebelas medali yang diberikan saat istirahat pertandingan antara Handel vs Planters sehingga ada kesan pada yang lain ketidakpercayaan terhadap DSV. Satu-satunya hal yang tertunda adalah upacara pemberian medali kepada pribumi yang mana DSV merasa keberatan kalau medali atau piala diberikan kepada pribumi. Sebab jika medali telah diberikan maka setiap pemain dari tim juara akan menjadi kenang-kenangan abadi yang menunjukkan tahun kejuaraan. Dewan DSV akhirnya mengambil keputusan bahwa yang diberikan bukannya piala tetapi hanya medali. Sekarang, bagaimanapun, ada tiba-tiba pengurus Medan Tapanoeli Voetbal Club protes bahwa keputusan itu dari sudut motivasi tidak akan patoet. Ya, bahkan Tapanoeliers tampaknya sangat tidak senang dengan cara itu, bahwa mereka tidak hanya menunjukkan surat protes kepada dewan DSV yang ditandatangani oleh presiden Medan Tapanoeli Voetbal Club, bahkan protes ini beralih menjadi protes melalui kolom editorial di koran Pewarta Deli yang menjadi salah satu organ mereka. Tampaknya Dewan DSV tidak akan tinggal diam dengan protes itu dan akan memberikan pertimbangan, dan bahkan akan mencoret Tapanoeliërs  berpartisipasi lebih lanjut dalam kompetisi sepak bola asli, meskipun mereka sudah termasuk klub yang menyatakan persetujuan ikut kompetisi. Sebaliknya Dewan DSV menganggap protes itu tidak sepatutnya dan dianggap tidak sopan dan Medan Tapanoeli dianggap tidak tahu berterima kasih dan dianggap hanya iri terhadao Zetters yang menjadi juara tahun lalu. Sebelumnya mereka menunjukkan bahwa memang, ketika terjadi pertandingan terakhir antara Tapanoeliers melawan Zetters keadilan wasit meragukan dan berpihak kepada Zetters. The Tapanoeliërs benar-benar harus ingat bahwa kompetisi pribumi di bawah DSV yang eksklusif dari satu sudut pandang propaganda olahraga telah meluncurkan Uni Eropa. Juga perlu memahami bahwa jika Tapanoeliërs harus keluar tidak diragukan lagi akan menjadi sangat mahal mengingat kompetisi akan dilakukan dalam jangka waktu selama bertahun-tahun. Asosiasi sepakbola yang selama ini masih setia dari tahun ke tahun akan hilang. Sekarang dengan regulasi baru ini, yang setiap tahun hanya disediakan hanya sebelas medali, masing-masing pemain akan mendapatkan keuntungan keberhasilan sebagai timnya (persatuan) diharapkan semangat setiap tahun juga akan tetap tinggi. Karena tidak ada yang memudar antusiasme seperti itu tanpa henti terselenggaranya kompetisi. Sebuah contoh yang kuat dari ini dapat ditemukan misalnya di Belanda pada kompetisi untuk melayani Holdert Cup yang sudah diperjuangkan selama bertahun-tahun. Kompetisi pribumi yang mulai mekar kini bahkan hampir menyusut hingga sangat minim jumlahnya’.

Dengan mundurnya Medan Tapanoeli Voetbal Club dari kompetisi dibawah naungan DSV, maka klub pribumi yang tersisa hanya tiga klub. Apakah ketiga klub ini akan melanjutkan kompetisi? Klub Tapanoeli telah menunjukkan sikapnya secara terbuka, mengambil risiko, keadilan menjadi lebih penting baginya daripada sekadar kompetisi yang tidak sehat.

De Sumatra post, 27-02-1914 (Sportnieuws): ‘Pada bulan Maret akan menjadi hari olahraga yang unik untuk Oostkust. Untuk hari itu kita akan mengalami  pertandingan sepakbola yang menarik di tiga tempat yang berbeda di wilayah kami akan diadakan. Liga akan memainkan pertandingan antara Loeboeq Pakam Planters melawan Loeboeq Pakammers, kemudian Chinese Sports Club di Bangoen Poerba untuk melawan Boven Serdangers. Pertandingan ketiga akan dimainkan seperti diketahui Pabatoe melawan tim dari DSV . Pertandingan DSV ini sayangnya jauh dari tim tuan rumah - tim kuat dari Rotterdam Deli Maatschappij (RDM). Untuk menuju kesana, sebagian dengan mobil, sebagian dengan kereta api,  Medanners mudah-mudahan akan disertai oleh banyak pendukung-sehari perjalanan panjang untuk melakukan  ke Pabatoe. Pembukaan Van Nie Beker ini dilakukan di camp  RDM. The Pabatoërs akan dibayangkan dengan tim sebagai berikut: de Wit in 't doel, Mantz en Buynink achter, Braspot, den Berger Jr. en Schaap (aanvoerder) midden en Bollee, Ruysenaers, Diedenk, üueters en van den Bergh voor. Menghadapi tim ini DSV akan memungkinkan kombinasi: Baart in 't doel, Plat en Gilchrist achter, v. Nieuwkerk, Jongeneel (aanvoerder) en Suing midden en Veenhuysen, Brouwer Popkens, ten Cate, vers en van Dmten in de voorhoede’.

De Sumatra post, 27-02-1914 (worden!): ‘Hari ini kami melaporkan pada pertemuan, di Hotel de Boer membahas baru-baru ini, setelah pertandingan, Handel vs Planter didirikan Algemeene Planters Voetbal Vereeniging. Selanjutnya, kita sekarang tahu, pertemuan yang diadakan pada pukul sepuluh pagi. Dalam pertemuan itu juga akan dipilih pengurus definitif. Het vooiloopig bestuur at uit de heeren Schmoutziguer, voorzitter, VV. Schas fLau Boentoe) secretaris, en Beets. penningmeester. Sementara itu, mungkin itu akan, kita diberitahu, dalam perjalanan minggu depan mulai pertandingan nieuwe Inlandsche competitie yang tahun ini akan dihadiri oleh tujuh asosiasi. Die.vereenigingen zijn : Zettersclub, Locomotief,  Daroel 'afiat Voetbal Club, Melati, Soengei Kerah Voetbal Club,  Royal Voetbal Club, Amalijoen Voetbal Vereeniging. Klub Medan Priaji Voetbal Club ternyata batal karena kekurangan pemain lagi tahun ini, Medan Tapanoeli Voetbal Club sehubungan dengan sikap melawan terhadap DSV tersebut. Seperti di tahun lalu, akan kembali tahun ini medali yang diberikan kepada juara. Jika memungkinkan, selalu di ranah DSV diadakan, dipimpin oleh wasit Eropa’.

De Sumatra post, 02-03-1914 (De voetbal-wedstrijden): ‘Hasil pertandingan Chinese Sports Club di Bangoen Poerba mengalahkan Boven Serdangers dengan skor 3-0. Planters yang merupakan Algemeene Planters Voetbal Vereeniging mengalahkan tuan rumah, Loeboeq Pakammers dengan skor 3-0. Verder speelde nog te Brandan een elftal uit Brandan tegen de Tandjong Poera Voetbalclub, welke wedstrijd met 4-l door Brandan. Deli Sport Vereeniging yang ke Pabatoe, dikalahkan dengan skor 4-2 setelah perjuangan hebat oleh anak-anak RDM’.

De Sumatra post, 16-03-1914: ‘16 Maart, Competitie wedstijd Van Nie vs Planters te Medan’. De Sumatra post, 18-03-1914: ‘22 Maart, Voetbalcompetitie Van Nie vs SCS’.

De Sumatra post, 26-10-1914: ‘1 Nov., Voetbalmatch Asahan vs Pabatoe’.
De Sumatra post, 30-10-1914: ‘30 Oct, Voetbalmatch DSV vs Siantar. 1 Nov., Voetbalmatch Asahan vs Pabatoe’. De Sumatra post, 06-11-1914 (pertandingan sepakbola): ‘di lapangan Deli Sporting Vereeniging, besok sore akan dimainkan pertandingan antara Medan Priaji dan Laboean’.

Pertandingan Amal di Pangkalan Brandan

De Sumatra post, 09-11-1914 (Het Deli-fonds): ‘Untuk kepentingan orang miskin di tanah dan koloni kemarin di Pangkalan Brandan di lapangan Bataafsche Voetbal Club memainkan pertandingan amal antara Chinese Sports Club uit Medan en de National Union Football Club uit Brandan. Pertandingan sangat menarik, berakhir 1-0 dengan kekahalan dari para tamu. Tujuan pertandingan telah melampaui harapan, karena setelah dikurangi semua biaya f100. Sedangkan dana yang terkumpul 830 gulden untuk kepentingan dana Deli (Deli-fonds). Secara khusus, Cina pada kesempatan ini murah hati dan tanpa ragu-ragu setelah jumlah lima puluh sampai seratus gulden pada dalam pengumpulan dana amal itu berjanji untuk tujuan indah ini. Kemungkinan hari Minggu sekali lagi memainkan pertandingan amal di Brandan, tetapi antara dua tim Eropa. Kemungkinan ini tidak dikecualikan bahwa kemudian pergi melawan Bataafsche Voetbal Club untuk tujuan yang indah ini’. Dalam pertandingan itu, para penonton sangat banyak. Penduduk Oriental seluruh hadir di lapangan sepak bola. Seluruh lapangan meriah dihiasi bendera dan untungnya cuaca juga agak baik. Ini adalah hari yang sukses’.




(Bersambung)


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.


*Data dan informasi di koran-koran tentang sepakbola tampak ada sedikit perbedaan dengan cara penyajian data dan informasi sepakbola masa kini. Dulu, space koran sangat terbatas, koran-koran hanya menyajikan yang dianggap pokok saja. Misalnya, jadwal pertandingan (nanti) lebih penting buat disajikan daripada laporan hasil pertandingan (sudah berlalu). Jadwal akan mengundang pembaca untuk ingin tahu apa nanti (sisi pembeli) yang mendorong oplah koran naik (sisi penjual).  Koran-koran berbahasa Belanda cenderung mengedepankan kebutuhan pembacanya. Misalnya klub-klub yang berbasis Belanda akan mendapat porsi besar, bahkan termasuk hal detail. Sementara porsi untuk pribumi sangat sedikit dan bahkan terabaikan. Hanya berita besar yang akan muncul di koran-koran (bad news, good news).

Di Medan, sesungguhnya tidak hanya koran berbahasa Belanda, ada juga yang berbahasa Melayu. Koran berbahasa Melayu pertama adalah Pertja Timoer, koran yang bersifat komplemen dengan Sumatra Post. Kedua koran ini adalah investasi orang-orang Eropa/Belanda. Kedua koran ini adalah suksesi dua koran pendahulu Sumatra Courant dan Pertja Barat yang sebelum tahun 1900 puluhan tahun terbit di Padang (Sumatra’s Westkust). Editor pribumi terkenal dari Pertja Barat di Padang (diangkat tahun 1897) adalah Saleh gelar (Mangara)Dja Endar Moeda (mantan guru, pengarang novel dan buku pelajaran sekolah, alumni Kweekschool Padang Sidempoean). Sedangkan editor pribumi terkenal koran Pertja Timoer di Medan (diangkat tahun 1905) adalah Hasan gelar Mangaradja Salamboewe (mantan jaksa di Natal, alumni Kweekschool Padang Sidempoean).

Dja Endar Moeda adalah pribadi yang lengkap dan multi talen. Dja Endar Moeda tidak hanya seorang guru, pengarang, dan editor, tetapi juga menjadi berhasil mengakuisisi kepemilikan Pertja Barat dan memiliki percetakan di Padang tetapi juga memperluas usaha persuratkabaran di Siboga, Padang Sidempoean, Kotaradja (kini Banda Aceh) dan Medan. Dja Endar Moeda adalah pelopor persuratkabaran di Medan sehingga Dja Endar Moeda dinobatkan oleh pers bangsa Belanda sebagai Radja Persuratkabaran Sumatra.


*Medan Tapanoeli VC didirikan tahun 1905 oleh para pengusaha dari Tapanoeli (Sumatra’s Westkust) yang bersamaan dengan pendirian klub Belanda bernama Voorwaarts, cikal bakal Deli Sporting Vereeniging (DSV) yang kini menjadi ‘badan’ pengelola kompetisi sekarang (1914). Klub Medan Tapanoeli VC sendiri adalah klub yang berafiliasi dengan koran berbahasa Melayu di Medan bernama Pewarta Deli. Koran Pewarta Deli didirikan oleh Dja Endar Moeda dan percetakannya bernama Sarikat Tapanoeli.

Dalam perkembangannya, di Medan muncul koran Benih Merdeka yang mana salah satu editornya yang terkenal adalah Parada Harahap yang selanjutnya beliau mendirikan koran Sinar Merdeka di Padang Sidempoean sekaligus menjadi pemimpin redaksi koran Poestaha (warisan Soetan Casajangan) yang juga terbit di Padang Sidempoean.

Ini berarti melalui media anak-anak Padang Sidempoean di Medan berhasil membentuk klub sepakbola. ‘Hukum Kekalan Nasib’ berlaku bagi anak-anak Padang Sidempoean. Jika sebelumnya mereka berkiprah di Padang (Sumatra’s Westkust), namun karena social ekonomi stagnan, sementara di Medan (Sumatra’s Oostkust) tumbuh kembang dengan pesat, maka anak-anak Padang Sidempoean memindahkan energinya dari Padang menuju Medan, sebagaimana para investor Eropa/Belanda termasuk Sumatra Post dan Pertja Timoer.

Tidak ada komentar: