Rabu, Oktober 05, 2016

Sejarah Stadion Gelora Bung Karno, Ini Faktanya (2): PON II di Jakarta, Pembangunan Stadion IKADA Didahulukan, Stadion Besar Sukarno Ditunda

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Stadion Gelora Bung Karno (SGBK) dalam blog ini Klik Disin

Ketika di dalam pikiran Sukarno yang ada adalah ingin membangun stadion besar, Kementerian Pendidikan membutuhkan stadion untuk menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jakarta.  PON yang akan dilaksanakan di Jakarta 21-28 Oktober 1951 dianggap sebagai PON II. Kementerian Pendidikan dan Kementerian Penerangan tampaknya coba meralat ide Sukarno untuk membangun stadion besar. Keinginan Sukarno membangun stadion senilai sepuluh juta dianggap tidak berdasar (De nieuwsgier, 10-03-1951). Stadion besar yang diimpikan Sukarno seakan dipinggirkan.

  

Boleh jadi Presiden Sukarno tidak pernah mengetahui bahwa pernah dilangsungkan pekan olahraga di Solo tahun 1948 (9-12 September 1948). Sukarno terlalu sibuk dengan urusan yang lebih besar: kemerdekaan RI. Setelah serangan Maret 1948 (Sukarno menyerah dan ditangkap), lalu diasingkan akhir Desember 1948 ke Berastagi, kemudian ke Parapat (sejak 1 Januri 1949).

 

Persiapan Pembangunan Stadion IKADA

 

Penjelasan Kementerian Pendidikan tentang penyelenggaraan PON II (yang sifatnya mendesak) dan memerlukan stadion, menyebabkan Sukarno mengurungkan niatnya dan menyetujui rencana Kementerian Pendidikan untuk membangunan stadion paling banyak menelan biaya lima juta rupiah (separuh dari keinginan Sukarno). Sebagaimana dilaporkan De nieuwsgier edisi 10-03-1951, Kementerian Pendidikan senang dengan persetujuan Presiden tersebut (tapi kita tidak tahu apakah Sukarno sendiri senang).

 

Untuk sementara sudah terkumpul sebanyak tiga juta dari lima juta. Lalu komite pembangunan stadion dibentuk dan kemudian didirikan yayasan pembangunan stadion nasional yang disahkan notaries Mr. Soewandi (De vrije pers : ochtendbulletin, 26-06-1951)..

 

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 26-06-1951: ‘Dewan yayasan terdiri dari Dr. A. Halim, perwakilan Indonesia di Dewan Asian Games, dan Mr. Azis Saleh (wakil ketua), Maladi (sekretaris), Joemarsono (bendahara) dan Soehardi (anggota). Terdiri dari tujuh orang dewan pengawas yang akan melakukan kontrol terhadap kegiatan dewan yayasan. Dewan pengawas, termasuk dua perwakilan dari pemerintah, tiga dari organisasi olahraga dan dua orang yang lain dipimpin oleh Ketua Komite Olimpiade, Sultan Hamengku Buwono IX. Yayasan ini dimulai dengan modal sebesar Rp 500.000. Sementara pendapatan dibentuk dari sumbangan, hibah, yang timbul dari eksploitasi olahraga dll. Presiden Sukarno menyumbang sebesar Rp.100.000. Oleh komite untuk peletakan batu pertama stadion Merdeka pada minggu kedua. Stadiom ini awal Oktober harus sudah selesai untuk pertandingan olahraga nasional pada menggu ketiga’.

 

Pembangunan stadion akan dilakukan oleh lima kontraktor yang akan dimulai pada tanggal 1 Juli di bawah pengawasan Kementerian Pekerjaan Umum. Kinerja lima kontraktor ini tergantung dari pengadaan atau pengumpulan dana untuk kebutuhan biaya yang sangat besar. Ini berarti projek sangat tergantung dari kinerja yayasan dan yayasan sangat bergantung pada masyarakat sebanyak mungkin untuk tujuan ini berkontribusi. Sumbangan untuk yayasan harus disetor kepada bendahara, Mr. Joemarsono yang beralaman di Jalan Kramat 33, Jakarta.

 

De nieuwsgier, 27-06-1951 melaporkan bahwa pembangunan stadion nasional di Jakarta ini akan dikerjakan oleh lima kontraktor besar di Jakarta, yang pembangunannya dimulai tanggal 1 Juli.

 

Sementara itu, Sukarno, di istana telah mengumpulkan sejumlah pengusaha (lima puluh pedagang nasional Indonesia keturunan Cina dan Arab). Mereka diundang ke istana untuk turut membantu pembangunan stadion yang diakhiri dengan penayangan film. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-07-1951, Sukarno mengumumkan bahwa pengusaha menjanjikan sumbangan sebanyak Rp 1.160.000 sebagaimana disampaikan juru bicara istana.

 

Pacul Pertama Stadion IKADA

 

Pembangunan stadion baru untuk PON II pada dasarnya adalah pembangunan stadion di bangunan lama (renovasi, perluasan). Stadion yang dirancang oleh arsitek Liem Bwan Tjie yang pengerjaannnya dipimpin oleh NV. Volker. Stadion ini hanya diproyeksikan untuk penggunaan selama lima tahun dan berikutnya akan dibangun stadion yang lebih besar. Stadion baru ini disebut stadion IKADA.

 

Pacul pertama (peletakan batu pertama) oleh Sukarno

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-07-1951: ‘Patjol pertama Stadion Ikada. Dr. A. Halim, Ketua Yayasan Stadion Nasional, diadakan pagi ini di alun-alun Merdeka Selatan (BBWS) yang patjol pertama diayunkan ke dalam tanah untuk menandai pembangunan stadion akan mulai digunakan 30 September. Hal ini dirancang oleh arsitek Liem Bwan Tjie dan pekerjaan akan dilakukan oleh Kontraktor NV. Volker Aanneming Mij. Biaya diperkirakan lebih dari satu juta rupiah. Stadion ini akan memiliki dimensi internasional dan dapat menampung sekitar 30.000 penonton. Tujuannya adalah bahwa di depan tribun tua, yang akan diperluas untuk kapasitas 2000 kursi, berdiri baja baru dengan 6000 kursi. Pembangunan ini akan siap pada tanggal yang ditentukan. Bidang ini akan dibagi menjadi lapangan sepak bola, di sekitar jalur tanah, berbatasan dengan lapangan dan tribun. Stadion baru  diproyeksikan untuk lima tahun, setelah itu baru akan dimulai pekerjaan pada pembangunan stadion nasional Indonesia yang sangat besar mungkin akan diadakan Olimpiade, nama stadion ini dinamai Ikada’.

 

Untuk tetap menjaga waktu dan pekerjaan, Presiden Sukarno terus memperhatikan pembangunan stadion. Sukarno tidak hanya mendengar laporan dari komite yang dikeytuai oleh Dr. Halim, tetapi juga melakukan kunjungan lapangan. Sukarno sebagai presiden juga tidak lupa memperhatikan para pekerja yang tengah bekerja.

 

Lokasi stadion IKADA (BBWS, Merdeka Selatan). Peta 1931

De nieuwsgier, 28-08-1951: ‘Presiden mengunjungi lapangan Ikada. Senin, Presiden Sockarno didampingi Menteri Pendidikan, Wongsonegoro, Walikota Jakarta Sjamsuridzal dan berbagai otoritas sipil dan militer, mengunjungi stadion Ikada yang tengah melakukan pekerjaan konstruksi di Lapangan Mcrdcka. Pada kunjungan yang berlangsung lebih dari setengah jam, presiden  dipandu oleh arsitek Mr Liem Bwan Tji, Dr. Halim dari Jajasan Stadion Nasional dan Ir. Entjon dari Volkcr Aannemings Mij. Kegiatan konstruksi sekarang mempekerjakan sekitar 500 pekerja dan telah bekerja sejak pertengahan Juli, dan kegiatan harus selesai pada pertengahan Oktober, agar pekan  olahraga nasional kedua dapat mulai pada waktunya. Presiden Sukarno menunjukkan minat yang besar dalam pembangunan lapangan olahraga, dan juga telah membuat upaya untuk menempatkan pada buldozer yang sibuk meratakan tanah - untuk mengemudi. Di antara para pekerja, kata dia, pastikan mereka menyadari bahwa negara pekerjaan mereka tentang orang-orang mendapatkan keuntungan’.

 

PON II Jakarta

 

Penyelenggaraan PON II Jakarta semakin dekat. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-10-1951 melaporkan Pekan Olahraga Nasional II akan dilakukan selama seminggu dan minggu depan akan dibuka. Sebanyak 2.500 atlet akan berpartisipasi yang datang dari seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 500 pejabat akan bertanggung jawab terhadap manajemen teknis. Selanjutnya sebanyak 10 dokter ditunjuk untuk bertugas dalam hal perawatan medis selama pertandingan.

 

Sesungguhnya Pekan Olahraga Nasional (PON) II adalah pekan olahraga secara nasional pertama.  Sebab dalam PON I di Solo tahun 1948 (yang dilakukan semasa perang) hanya diikuti oleh kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jakarta, kota-kota di Jawa Barat tidak ikut serta. Sebagai ide untuk menyelenggarakan pecan olah raga nasional dimulai dari penyelenggaraan PON di Solo. Oleh karenanya, PON di Jakarta dianggap sebagai PON II. Angka pada saat itu sangat diperlukan, bila ada angka sepuluh akan dibuat sebagai PON X, karena angka ini memberi pesan bahwa Indonesia sudah sejak awal memulainya. Dengan demikian PON di Jakarta dianggaqp sebagai PON II.

 

PON II Jakarta adalah pekan olahraga yang benar-benar akan dilakukan secara nasional. Pekan olahraga ini ternyata dianggap sebagai acara olahraga terbesar yang pernah diselenggarakan di Asia. Dari segi jumlah peserta, Asian Games yang baru-baru ini diadakan di New Delhi, India tentu saja tidak sebanyak peserta PON II Jakarta. Ini dengan sendirinya menjadi sebuah prestasi nasional di mana internasional.

 

Nieuwe courant, 15-10-1951: ‘PON II adalah acara olahraga terbesar yang pernah diselenggarakan di Asia. Pekan Olahraga Nasional II, yang minggu depan, acara olahraga terbesar di Asia. Peserta yang datang ke Aziade di New Delhi hanya 700 orang berpartisipasi. Sementara lebih dari 2.500 atlet dari seluruh Indonesia sekarang dalam perjalanan ke Jakarta dan akan melakukan perjalanan ke dalam beberapa hari mendatang ke kota ini.  Para peserta ini akan ditampung di 12 sekolah di Jakarta dan sebanyak 60 rumah yang baru selesai dibangun di Jakarta. Untuk transportasi ke stadion disiapkan 100 truk dan jip. Untuk kebutuhan logistic adalah sebagai berikut: beras sebanyak 18.000 kilo, 450 kilo garam, 2.025 kilo gula, 680 kilogram mentega dan 986 kilo minyak goreng. Total biaya PON II sekitar Rp 2 juta. Stadion yang dibangun semi-permanen, akan dapat menampung 35.000 orang. Sebanyak 19 cabang olahraga yang dipertandingkan. Sebuah pesta taman diadakan di istana yang digelar oleh Bapak Presiden Sukarno, Sabtu malam’.

 

Jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan sebanyak 19 cabang yang meliputi atletik. renang. angkat besi, anggar, menembak, panahan, polo air, hockey, bola tangan, basket, tenis, sepakbola, bulu tangkis, kastie, voli dan pencak silat. Jumlah cabang olahraga dipertandingan sebelumnya sebanyak 30 cabang namun jumlah telah berkurang karena kurangnya peserta. Adapun daerah-daerah yang mengirim atletnya adalah Sumatra Utara, Sumatera Tengah. Sumatra Selatan, Kalimantan Timur. Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Malukuc, Nusa Tenggara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta.  

 

Stadion IKADA di Jakarta, tempat PON II (1951)

De nieuwsgier, 16-10-1951: ‘Sebanyak 19 cabang olahraga yang dipraktekkan selama seminggu olahraga: atletik. renang. angkat besi, anggar, menembak, panahan, polo air, hockey, bola tangan, basket, tenis, sepakbola, bulu tangkis, kastie, voli dan pencak silat. Ini pada awalnya dimaksudkan bahwa harus dilakukan tiga puluh cabang olahraga selama PON, tetapi kurangnya peserta untuk nomor yang berbeda membuat perlu untuk mengurangi jumlah ini menjadi sembilan belas saat ini. Kelompok-kelompok yang akan bersaing satu sama lain, yang mewakili tiga belas cabang olahraga dibagi sebagai berikut: Sumatra Utara, Sumatera Tengah. Sumatra Selatan, Kalimantan Timur. Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Malukuc, Nusa Tenggara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Kecuali hadiah kelompok yang terdiri dari piagam untuk kelompok dan emas, perak dan perunggu untuk anggota kelompok (menurut hadiah kelompok pertama, kedua dan ketiga) adalah untuk peserta individu hadiah yang dijanjikan terdiri dari piagam dan medali emas, perak atau medali perunggu’.

 

PON II Jakarta dibuka oleh Presiden Sukarno. Pembukaan ditandi dengan penembakan merian sebanyak 13 kali dan menaikkan bendera pusaka. Para peserta membacakan sumpah PON. Kegiatan pertandingan dimulai pada sore hari.

 

De nieuwsgier, 20-10-1951: ‘Besok pekan olahraga nasional dimulai di stadion IKADA yang dibuka presiden Sukarno ditandai penembakan 13 tembakan meriam dan menaikkan bendera pusaka, para peserta mengikrarkan sumpah PON. Kegiatan olahraga dimulai pada sore hari’.

 

PON II Jakarta akhirnya terselenggara selama semingga 21-28 Oktober 1951 di stadion IKADA. Sebagaimana diketahui, PON II ini juara umum adalah Jawa Barat dengan meraih 24 emas, disusul Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing sembilan emas. Berikutmya Sulawesi Selatan dengan enam medali emas. Sumatra Utara diurutan berikutnya dengan hanya dua medali emas.

 

Bersambung:

Sejarah Stadion Gelora Bung Karno, Ini Faktanya (3): PON III di Medan; Gubernur Abdul Hakim Harahap Berinisiatif Membangun Stadion Teladan

 

 

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber tempo doeloe.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

bang ini pake sumber ohs belanda?

Akhir Matua Harahap mengatakan...

Betul Bung Wildan, sumber yang saya gunakan surat kabar-surat kabar berbahasa Belanda. Sekadar informasi: koran-korang berbahasa Belanda yang terbit di Jakarta, Medan, Bandung dan lainnya masih eksis hingga tahun 1957.
Terimakasih
akhir mh