Selasa, November 29, 2016

Sejarah Kota Medan (54): Lapangan Merdeka Medan, 17-8-1951 dan Lapangan Medan Merdeka, 17-8-1950; Dua Lapangan Pertama di Indonesia Sukarno Pidato



Perayaan pertama HUT RI di  Lapangan Merdeka, 1950
Lapangan Merdeka Medan dan Lapangan Medan Merdeka adalah dua lapangan yang sangat emosional dijadikan sebagai simbol kemerdekaan Indonesia. Lapangan Merdeka Medan adalah eks Esplanade di Medan. Sedangkan Lapangan Medan Merdeka adalah eks Koningsplein di Jakarta. Presiden Sukarno berpidato pada tanggal 17 Agustus 1950 di Lapangan Medan Merdeka. Presiden Sukarno berpidato pada tanggal 17 Ahustus 1951 di Lapangan Merdeka Medan. Dua lapangan (field) ini adalah dua lapangan pertama di Indonesia tempat dimana Sukarno berpidato pada saat hari Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Lapangan Medan Merdeka, 17 Agustus 1950

Secara resmi Belanda mengakuai kedaulatan RI tanggal 27 Desember 1949. Sejak itu kemerdekaan Indonesia tanpa hambatan. Untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI yang kelima (yang pertama setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda) akan dipusatkan di depan istana negara di Jakarta, tepatnya di lapangan Koningsplein. Nama lapangan ini awalnya disebut Lapangan Gambir (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-01-1950).

Di Medan, peringatan Hari Kemerdekaan RI yang kelima (yang pertama setelah pengakuaan kedaulatan RI) akan dipusatkan di Lapangan Esplanade. Ketua panitia peringatan adalah Mr. GB Josua.


Mr. GB Josua adalah Sipirok 10 Oktober 1901 (10-10-01). Setelah lulus Kweekschool Fort de Kock, Gading Batoebara melanjutkan sekolah ke Hogere Kweekschool di Poeworedjo dan lulus 1923. Setelah lulus, Gading Batoebara pulang kampung dan menjadi guru sementara di HIS swasta Sipirok (kampung halamannya). Kemudian Gading Batoebara merantau dan menjadi guru di Tandjoengpoera (Langkat). Tidak lama di Tandjongpoera, GB Josua tertarik atas tawaran untuk memajukan sekolah HIS swasta di Doloksanggoel. Kehadirannya membuat sekolah HIS Doloksanggoel maju pesat hingga akhirnya diakuisisi oleh pemerintah menjadi HIS negeri. Sukses GB Josua merancang HIS di Doloksanggoel membuat namanya diperhitungkan oleh pemerintah Nederlansch Indie. Dalam perkembangannya, Gading Batoebara Josua (GB Josua) diangkat menjadi guru pemerintah dan ditempatkan di Medan. Pada tahun 1929 GB Josua melanjutkan pendidikannya ke Negeri Belanda di Groningen. Setelah mendapat akte Lager Onderwijs GB Josua kembali ke tanah air. GB Josua di Medan mendirikan sekolah menengah pertama (HIS) dan MULO. Lembaga pendidikan ini kemudian dikenal Josua Instituut. GB Josua pernah menjadi anggota dewan kota, Selama pendudukan Jepang tetap sebagai pendidik dan selama agresi militer Belanda mengasuh anak-anak republic di lembaga pendidikannya. GB Josua adalah Wakil Ketua Front Nasional Medan (Ketua: Dr. Djabangoen Harahap). GB Josua adalah salah satu dari empat orang republic yang menerima penyerahan Negara Sumatera Timur masuk ke dalam NKRI.

Uniknya, peringatan Hari Kemerdekaan RI di Medan ini tidak ada yang bertindak sebagai inspektur upacara. Sebab yang menjadi inspektur upacara adalah Presiden Sukarno yang disiarkan (relay) secara langsung dari Jakarta. Presiden Sukarno lalu berpidato.

Setelah usai Presiden Sukarno berpidato, ada empat orang penting yang kemudian berpidato, yakni: GB Josua, Kolonel Maludin Simbolan, Soegondo dan Sarimin Reksodihardjo.

Lapangan Merdeka Medan, 17 Agustus 1951

Het nieuwsblad voor Sumatra, 13-07-1951
Untuk peringatan Hari Kemerdekaan RI di Medan pada tanggal 17 Agustus 1951, Presiden Sukarno diagendakan akan hadir. Yang bertindak sebagai ketua Panitia adalah Abdul Hakim Harahap, Gubernur Sumatera Utara yang pertama secara definitif setelah pengakuan kedaulatan RI. Salah satu persiapan peringatan Hari Kemerdekaan RI ini di Medan adalah mempersiapkan lapangan tempat dimana Presiden Sukarno dijadwalkan akan bertindak sebagai inspektur upacara dan sekaligus pidato kenegaraan. Panitia memandang perlu untuk memberi nama baru lapangan Esplanade.

Het nieuwsblad voor Sumatra, 13-07-1951: ‘Tanah Lapang Merdeka. Walikota Medan, Mr. Djaidin Poerba, mengumumnkan secara resmi nama lapangan Esplanade di Medan diganti dengan nama yang baru Tanah Lapang Merdeka’.

Untuk peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ketujuh di Medan pada tanggal 17 Agustus 1952 adalah Walikota Medan, AM Djalaloeddin. Yang menjadi inspektur upacara adalah Abdul Hakim Harahap (Gubernur Sumatera Utara). Salah satu yang hadir dalam upacara ini adalah Muda Siregar (Residen Sumatera Timur). Abdul Hakim Harahap, Muda Siregar dan AM Djalaloeddin adalah tiga diantara putra terbaik asal Padang Sidempuan.


Pada jaman kemerdekaan Indonesia, Medan adalah kota besar. Kota Medan sangat besar dibandingkan Kota Padang Sidempuan. Menurut cakap orang Medan, Kota Padang Sidempuan sangat jauh letaknya dan berada di pedalaman. Di Medan ada Lapangan Merdeka, di Padang Sidempuan hanya disebut Alaman Bolak (Halaman Luas). Menurut cakap orang Medan, orang-orang Padang Sidempuan tidak banyak cakap. Karena itu orang-orang Padang Sidempuan yang datang dari pedalaman kurang dikenal. Itulah persepsi dan cakap orang Medan tentang kecakapan orang-orang Padang Sidempuan. Orang Medan bilang, orang Padang Sidempuan hanya orang pendatang di Medan. Orang Padang Sidempuan kampungnya tinggal di huta-huta di tengah luat harangan. Orang Padang Sidempuan hanyalah manusia biasa tetapi selalu menggunakan pikirannya. Orang Padang Sidempuan tidak peduli apa yang dicakapkan oleh orang Medan. Orang Padang Sidempuan hanya peduli bagaimana NKRI terwujud.

Pada peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1955 yang menjadi ketua panitia adalah Haji Muda Siregar sebagai walikota Medan yang baru (bertukar posisi dengan AM Djalaloeddin yang menjadi Residen Sumatra Timur). Yang menjadi inspektur upacara adalah Gubernur Sumatera Utara, SM Amin Nasoetion.

Di Jaskarta, yang menjadi inspektur upacara adalah Presiden Sukarno seperti tahun-tahun sebelumnya. Salah satu yang hadir dalam upacara ini adalah Burhanuddin Harahap (yang baru belum lama diangkat sebagai Perdana Menteri RI). Burhanuddin Harahap adalah kelahiran Medan.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: