Selasa, Mei 30, 2017

Sejarah Padang Sidempuan (20): Sejarah Awal Pergerakan Politik Indonesia, Bermula di Padang Sidempuan; Visi Menjadi Indonesia

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan dalam blog ini Klik Disin


Padang Sidempuan termasuk salah satu pusat pergerakan politik di era Belanda. Salah satu tokoh muda revolusioner Padang Sidempuan adalah Parada Harahap. Setelah merasa cukup untuk berjuang di Padang Sidempuan, kampong halamannya, Parada Harahap hijrah ke Batavia tahun 1923 untuk demi cita-cita: Indonesia Merdeka.

Dari Padang Sidempuan Menjadi Indonesia
Pada tahun 1919 surat kabar berbahasa Melayu diterbitkan di Padang Sidempuan yang diberi nama Sinar Merdeka. Surat kabar ini dipimpin oleh Parada Harahap, seorang mantan krani di perkebunan milik investor Eropa/Belanda yang membongkar kasus penyiksaan kuli asal Jawa di Sumatra Timur (1918).

Jauh sebelum Parada Harahap, para seniornya yang sudah mengasah diri di Padang Sidempuan, banyak yang melanjutkan perjuangan di kota-kota lain, seperti Dja Endar Moeda di Kota Padang (sejak 1895), Mangaradja Salamboewe di Kota Medan (sejak 1902) dan Soetan Casajangan di Kota Leiden, Belanda (sejak 1905).

Rabu, Mei 24, 2017

Sejarah Padang Sidempuan (19): Pejuang Ranggar Laoet Melawan Kehadiran Belanda di Angkola; Kampung Asal Kini di Sipirok

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan dalam blog ini Klik Disin


Soetan Mangkoetoer di Mandailing dan Ranggar Laoet di Angkola. Dua pejuang di Afdeeling Mandailing dan Angkola yang terang-terangan melawan Belanda. Mereka berdua menunjukkan perlawanan sejak awal ketika Belanda memulai kolonialisasi di Afdeeling Mandailing dan Angkola. Keduanya lalu ditangkap dan dibuang ke daerah lain.

Peta (perbatasan) Angkola-Sipirok, 1852
Suksesi Ranggar Laoet di Angkola adalah Soetan Habiaran. Setelah Ranggar Laoet ditawan/dibuang Soetan Habiaran melanjutkan perlawanan dengan melakukan penyerangan terhadap infra struktur di bawah kontrol Belanda yang berpusat di Batangtoroe. Sedangkan Soetan Habiaran melakukan penyerangan terhadap Belanda berpusat di Bila/Simangambat. Kampung halaman Ranggar Laoet dan Soetan Habiaran berada di perbatasan Angkola-Sipirok.

Sejauh ini, kiprah dua pejuang Angkola ini tidak pernah ditulis. Karena itu, kedua pejuang yang terang-terangan menentang kehadiran Belanda tersebut seakan hilang ditelan masa. Artikel ini akan mengkompilasi berita-berita surat kabar masa lampau tentang kiprah keduanya. Intinya, riwayat Ranggar Laoet di Angkola mirip dengan riwayat Soetan Mangkoetoer di Mandailing.

Senin, Mei 22, 2017

Sejarah Kota Medan (55): Medan dan Binjai, Kota Kembar; Peran Moda Transportasi Kereta Api Perkebunan di Deli dan Langkat

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disin


Kota lama di Langkat dan di Deli adalah Tandjongpoera dan Laboehan—kota pelabuhan yang menjadi simpul perdagangan dari pedalaman dan menjadi tujuan perdagangan internasional—sudah berkembang sejak lama, jauh sebelum kehadiran Belanda. Dua kota pelabuhan ini terkenal sebagai pusat perdagangan komoditi lada dan tembakau di Sumatra’s Oostkust. Juga terkenal sebagai eksportir kuda-kuda dari Bataklanden.

Deli Mij, Medan of Medan Poetri (1876)
Pemerintah Hindia Belanda memulai pemerintahan di Deli pada tahun 1863 dengan menempatkan seorang controleur di Laboehan (Baron de Raet van Cat). Sedangkan di Langkat-Tamiang pemerintahan baru dibentuk kemudian pada tahun 1876 dengan menempatkan controleur di Tandjongpoera (Bataviaasch handelsblad, 20-04-1876).

Controleur Deli di Laboehan adalah C. de Haan yang memulai bertugas pada tahun 1865. Tugas pertama controleur Deli ini adalah melakukan ekspedisi ke Bataklanden yang dilakukan tahun 1866 (tiga tahun setelah kehadiran controleur).