Kamis, Januari 11, 2018

Sejarah Padang Sidempuan (22): Kota Padang Sidempuan, Kota Multi Etnik; Berbeda-Beda Tetapi Tetap Satu

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan dalam blog ini Klik Disini


Kota Padang Sidempuan pada dasarnya bukanlah kota yang bersifat homogen, tetapi lebih mencerminkan heterogenitas. Meski bersifat heterogen, proporsi terbesar penduduk adalah etnik Angkola. Hasil Sensus Penduduk 2010, persentase etnik Angkola di Kota Padang Sidempuan sebesar 44.8 persen. Etnik Mandailing berada pada urutan kedua sebesar 20.1 persen, lalu diikuti oleh etnik Toba sebesar 14.5 persen. Tiga sub etnik ini secara keseluruhan sebesar 79.4 persen.

Di luar tiga etnik tersebut, di Kota Padang Sidempuan masih terdapat sebanyak 20.6 persen warga yang terdiri dari 41 etnik yang berbeda. Etnik Jawa sebesar 11.3 persen; etnik Minangkabau sebesar 4.2 persen, Nias sebesar 2.5 persen. Selain itu persentase yang terbilang besar adalah etnik Tionghoa sebesar 0.7 persen; Melayu 0.4 persen; Sunda 0.3 persen, etnik Tapanuli/Sibolga 0.3 persen; etnik Karo sebesar 0.3 persen; etnik Melayu Deli 0.1 persen; dan etnik Atjeh sebesar 0.1 persen.  

Komposisi penduduk yang heterogenitas juga terlihat di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Etnik Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 60.1 persen, lalu diikuti oleh etnik Toba sebesar 14.7 persen dan disusul etnik Mandailing sebesar 7.4 persen. Sementara itu di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) komposisi penduduk tampak lebih homogen. Kabupaten Mandailing Natal homogentitas etnik Mandailing; Kabupaten Padang Lawas Utara homogenitas etnik Angkola. Di Kabupaten Padang Lawas sendiri terlihat perimbangan antara etnik Angkola dan etnik Mandailing.